𝐂𝐈𝐍𝐓𝐀 𝐏𝐔𝐓𝐈𝐇 𝐄𝐏𝐈𝐒𝐎𝐃𝐄 𝟒 : [ 𝐏𝐀𝐑𝐓 𝐀 𝐁𝐄𝐓𝐀𝐏𝐀 𝐀𝐊𝐔 𝐌𝐄𝐍𝐂𝐈𝐍𝐓𝐀𝐈𝐌𝐔 ]

 


POV YOGA
[Minggu, 6 Juni 2021]

Tiga bulan sejak kejadian pemerkosaan di Resto, aku masih kesulitan mencari pelaku. Aku terus berkomunikasi dengan Andre untuk mengungkap siapa pelaku ini. Andre pun tampaknya sangat merasa tak enak hati karena kejadiannya ada di tempat kerjanya yang merupakan tanggung jawabnya.

Andre yang baru bekerja selama 1 bulan di resto itu saat kejadian masih belum mengenal dengan pengelola mall dan parkiran, dia kesulitan untuk meminta rekaman CCTV dari mereka. Karena bagaimanapun untuk membuka rekaman tersebut SOP-nya harus melalui surat permohonan resmi kepada pihak kepolisian, nanti dari kepolisian yang meminta rekaman tersebut. Lagipula Andre tak mengatakan kepada mereka kalau ini kasus pemerkosaan. Kasus pun terhenti, menemui jalan buntu.

Di kurun waktu tersebut juga aku disibukkan dengan pekerjaan kantorku. Selain mengerjakan tugas rutin harian, aku juga harus mengurus persyaratan pengajuan beasiswa S2 ke luar negeri.

Akhirnya kabar gembira kudapatkan, salah satu mitra perusahaan yang merupakan perusahaan IT kelas dunia berinisial M, mau mensponsori beasiswaku ke UK. Rencananya tahun depan diberangkatkan dimana pendidikannya menempuh waktu selama 1 tahun, tapi dengan syarat selain kuliah, disana juga aku harus bekerja part-time di perusahaan M, digaji pula…. aku jelas menyetujuinya. Kesempatan untuk pindah pekerjaan ke perusahaan M sudah terbuka lebar, yang tentunya menawarkan gaji yang jauh lebih tinggi dari perusahaanku yang sekarang.

Meninggalkan negara ini 1 tahun, jelas saja membuatku berpikir untuk mengajak istriku juga kesana. Apalagi disana juga sudah disediakan tempat tinggal. Yang pasti aku hanya membayar biaya trasportasi untuk istriku saja. Karena itu aku meminta istriku untuk les bahasa Inggris mulai dari sekarang.

Seiring dengan bertambahnya pekerjaanku, lagi-lagi penyakit lamaku kambuh lagi. Aku sudah sulit lagi untuk ereksi. Mungkin karena aku terlalu kelelahan dan pola tidur yang kurang baik.

Di luar itu masih ada kabar gembira lainnya, yaitu di bulan ini akhirnya aku juga sudah bisa membeli rumah sendiri. Rumah yang kupersembahkan untuk istri tercinta ini mulai kami tempati di hari ini. Sebuah pembuktian bahwa betapa aku mencintainya, apapun akan kuberikan selama aku mampu.

Sebuah rumah berdesain minimalis dengan luas 300 m2 ini memang sesuai dengan keinginan istriku, di belakangnya ada taman yang luas, istriku sempat meminta untuk membuat lagi gazebo seperti di rumah kontrakan yang kami tempati dulu, tapi karena membutuhkan pekerjaan tambahan lagi, akhirnya aku ganti dengan kursi taman berpayung. Lebih simpel dan yang terpenting masih bisa untuk barbeque-an.

Sebelum rumah ini ditempati aku pasang spy-cam yang tersambung ke ponselku. Entah mengapa aku merasa perlu untuk memasang alat ini. Jujur saja, aku masih sering memutar kembali rekaman CCTV di resto itu, semakin diputar semakin aku merasa bahwa kasus pemerkosaan itu sebenarnya masih fifty-fifty, bisa saja istriku berbohong, entahlah… semoga saja aku salah telah menduga hal yang tidak-tidak pada istriku ini.

Penempatan mini spy-cam jelas saja tersembunyi agar tak dicurigai istriku. Ada empat titik yang aku pasang, kameranya mengarah ke ruang tamu, ruang tengah, kamar utama dan kamar mandi kamar. Sementara untuk halaman depan dan belakang aku pasang CCTV biasa, yang juga tersambung ke ponselku, tentunya untuk CCTV biasa ini tidak dirahasiakan pada istriku.

Mengenai rumah baru kami, letaknya sangat dekat dengan kantorku. Hanya 5 menit jika menggunakan motor melalui jalan pintas ke sebuah gang kecil. Rumahku ini merupakan perumahan bertipe cluster kecil yang bisa dikatakan gagal, hanya ada 12 rumah dan 4 tanah kavling berukuran lebih besar yang belum terjual, untuk rumah pun yang terisi hanya 4 rumah termasuk dengan rumahku. 8 rumah lagi sudah mencapai 75% tapi pembangunannya terhenti, mungkin menunggu pembeli dulu baru diselesaikan.

Sepertinya perumahan ini kurang diminati karena lokasinya yang cukup jauh dari akses tol, ditambah lagi dari jalan utama letaknya masih harus ke dalam lagi dan melewati pasar tradisional yang memacetkan laju kendaraan di setiap pagi hari.

Ada dua deret masing-masing 2 tanah kavling besar di paling pinggir mengapit 6 rumah yang saling membelakangi dan dipisahkan oleh brandgang atau selokan kecil. Sementara sekeliling kompleks sebelum benteng ada sebuah taman yang ditumbuhi 2 atau 3 deret pohon cemara dan jati yang sudah cukup tinggi. Sehingga kompleks ini sebenarnya cukup sejuk di panas teriknya kota Jakarta. Ditambah juga setelah 3 rumah ada tanah kosong yang cukup luas dan sepertinya tidak dijual dan khusus diperuntukkan untuk penghijauan. Lagi-lagi ditumbuhi oleh pepohonan jati dan cemara yang cukup rapat. Di tengah-tengahnya ada sebuah gazebo sehingga kita bisa menikmati hutan kecil itu sambil bersantai.

Aku memilih lokasi paling pinggir di samping tanah kavling. Di deretanku hanya ada 1 rumah lagi yang terisi, letaknya sama di ujung, itu pun sepertinya tidak dihuni setiap hari. Pos satpam ada di jalan lurusan deret belakang rumah kami, sehingga kalau tampak dari atas, jalan di perumahan ini dari jalan masuk akan membentuk huruf ‘P’.

Satu kekurangan lagi dari perumahan ini adalah satpam-nya yang tidak 24 jam. Jasa pengamanan ini memang pembayaran gaji bulanannya diserahkan pada penghuni. Sedangkan penghuni perumahan ini hanya ada 4 rumah, itu pun yang satu rumah jarang ada yang mengisi. Akhirnya kami hanya mampu membayar untuk 1 orang satpam. Itu pun tak jelas jam kerjanya, kadang siang kadang malam. Tapi untungnya satpam ini berasal dari warga sekitar dimana ayahnya adalah preman yang disegani di daerah ini, sehingga perumahan kami bisa dibilang relatif aman, menurut cerita dari penghuni yang sudah lebih dahulu tinggal, katanya belum ada kejadian pencurian apapun di perumahan ini.

[Sabtu, 12 Juni 2021]

Pagi hari ini aku sedang menonton acara televisi di ruang tengah yang difungsikan sebagai ruang keluarga. Tiba-tiba dari arah kamar mandi dalam kamar utama kudengar Mila menjerit ketakutan, aku langsung bergegas masuk ke dalam kamar.

“Pah, barusan kaya ada yang ngintip….”, ucap Mila yang sedang mandi mengadu dengan muka panik dan ketakutan.

Tanpa berkata-kata aku langsung lari keluar rumah, melalui tanah kosong di samping aku menuju belakang rumah. Di selokan yang hanya selebar kurang dari 1 meter ini aku lihat di ujung sana ada sosok yang berlari menjauh menggunakan jaket hoodie berwarna hitam.

Aku langsung kembali ke rumah untuk mengambil motor karena tidak mungkin terkejar jika berlari, aku sudah lama tak berolahraga. Sialnya, motor matic inventaris dari kantor ini harus diselah dulu cukup lama sampai akhirnya mesinnya menyala. Aku langsung melaju menuju ujung perumahan. Tapi sayangnya sudah tak kudapati siapapun disana, kemungkinan besar pelakunya sudah melompati benteng perumahan setinggi 3 meter.

Aku coba berkeliling perumahan, siapa tahu orang tersebut masih bersembunyi di sekitar sini. Tapi tetap tidak kutemukan satupun orang di perumahan yang sangat sepi ini. Di ujung sana tampak ada satpam yang sedang berdiri di depan pos-nya, aku hampiri dia.

“Liat ada orang ga, Dan?”, tanyaku pada satpam muda berusia sekitar 20 tahunan yang bernama Dani tersebut.

“Ga ada, Pak.. emang ada apa?”, ujar Dani balik bertanya.

“Tadi ngedenger kaya ada suara berisik di genteng”, jawabku mengarang alasan.

“Tikus kali Pak… saya daritadi disini ga ada orang lewat”, ucap Dani menjelaskan.

Aku memang sengaja tak memberitahu kejadian sebenarnya karena ada kelemahan dalam desain di rumah baruku ini. Aku tak ingin siapapun tahu termasuk Satpam perumahan. Sebelum rumah ini kutempati aku sudah protes pada pihak developer untuk mengganti roster atau celah sirkulasi udara di kamar mandi dengan exhausted fan. Kamar mandi yang berada di dalam kamarku ini jadi bisa diintip, selain itu celah angin ini juga rawan binatang yang masuk seperti serangga yang mungkin banyak di selokan belakang rumah. Tapi developer tidak menggubris, sampai penyerahan kunci permintaanku tidak dipenuhi. Akhirnya aku berinisiatif sendiri untuk melapisi roster tersebut dengan ram nyamuk. Membobol tembok untuk memasang exhausted fan harus memanggil orang yang mengerjakannya lagi, ditambah lagi rumah yang sudah rapi akan berdebu lagi, sementara istriku sudah buru-buru ingin pindah, sudahlah…

Aku pun pulang ke rumah, sementara Dani yang penasaran kemudian dengan sepedanya berkeliling perumahan untuk memastikan laporanku.

“Ada, Pah?”, tanya istriku menanyakan tentang orang yang mengintipnya.

“Ga ada siapa-siapa, Mah… mungkin bayangan burung yang lewat…”, jawabku berbohong untuk menenangkan istriku. Aku tak mau dia menjadi panik.

“Masa sih….?”, ucap istriku setengah tak percaya, dia tampak berpikir… sepertinya dia memikirkan kejadian yang tadi dialaminya.

Aku masuk ke dalam kamar mandi, dengan menaiki kursi aku memeriksa ram nyamuk yang melapisi roster tersebut. Ram nyamuk yang terpasang di luar agar tak mengganggu estetika itu tampak terlihat ada sebuah lubang kecil, yang sepertinya memang sengaja dilubangi. Hmmm….. sepertinya orang tersebut memang benar-benar niat untuk mengintip. Aku pun tanpa sepengetahuan istriku melapisi lubang tersebut dengan lakban hitam. Sementara saja, karena aku memang tidak ahli dalam pekerjaan bangunan seperti ini. Tapi mudah-mudahan setelah tadi kegiatan mengintipnya dipergoki istriku, orang itu menjadi kapok dan tak mengulanginya lagi.

Siangnya, istriku meminta antar untuk berbelanja. Kami pun pergi dengan menaiki mobil. Ketika akan melewati pos satpam, dari kejauhan aku melihat sosok lelaki dengan jaket hoodie hitam yang sama persis seperti yang dipakai pengintip tadi pagi, dia sedang jongkok membelakangi jalan, sepertinya sedang memperbaiki motornya.

Ketika mobilku melintas orang tersebut menengok ke belakang, ternyata… Dani!!!! Aku pun berhenti dan menurunkan kaca jendela istriku. Dani berdiri dan sedikit merunduk agar kepalanya pas pada jendela, selain dia memandangku, pandangannya kepada istriku tampak begitu berbeda… seperti ada perasaan horny. Anjng, kenapa penisku menegang…. mengapa fantasi yang selama ini sudah menghilang kini datang lagi!!!!

“Dan bisa gantiin accu motor?”, tanyaku pada Dani karena aku lihat dia sedang memperbaiki motor. Entah kenapa orang yang kuduga sebagai pelaku ini kuberi kesempatan untuk datang ke rumahku, sepertinya fantasiku benar-benar sudah menguasaiku lagi.

“Oh gampang, Pak… mau kapan?”, jawab Dani.

“Nanti beli dulu accu-nya, ya”, balasku.

“Siap!!”, jawab Dani sigap sambil tersenyum sebentar ke arah istriku. Mila juga membalas senyumnya sedikit berbasa-basi.

Kami pun langsung pergi dan berbelanja keperluan rumah tangga di salah satu supermarket terdekat dari perumahan untuk satu minggu ke depan. Tak lupa juga aku membeli accu dan oli untuk motor matic-ku yang sepertinya memang sudah harus diganti.

Sepulang dari berbelanja, ketika melewati pos satpam aku memberitahukan Dani agar segera ke rumah. Dia langsung menyusul menggunakan sepedanya.

Setelah mobil terparkir di garasi, aku dan istriku sibuk menurunkan barang belanjaan, tampak Dani sudah berdiri di depan rumah.

“Biar, Bu… saya yang angkatin”, ucap Dani langsung sigap berlari pada istriku yang sedang menjinjing tas belanjaan.

“Makasih, Dan… itu aja masih ada di dalem mobil”, jawab istriku sambil terus masuk ke dalam rumah.

Dani pun ikut mengangkati barang bawaan kami, sesekali dia dan istriku berpapasan dan lirikan mata Dani begitu liar pada tubuhku istriku yang sore itu mengenakan t-shirt dan blue jeans slim fit, hmmm… masih bernafsu juga dia, padahal dia sudah pernah melihat tubuh telanjang istriku saat mandi. Aku melihatnya dari kejauhan, jantungku berdegup kencang. Ereksiku yang beberapa waktu belakangan sudah bermasalah lagi kini malah penisku ini bisa menegang dengan cepat.

Setelah acara angkat-angkat selesai, Dani langsung mengerjakan pekarjaan service motorku di garasi. Sejak di rumah ini, memang aku akan menggunakan motor ini untuk berangkat Kantor, agar lebih cepat dan bisa melewati jalan pintas.

Aku tinggalkan Dani yang sedang mengganti oli motorku, dan masuk ke ruang kerjaku yang berada di ruangan depan garasi. Dari situ ada jendela yang bisa melihat ke arah garasi dengan kaca one way, dari dalam ke luar saja yang bisa melihat.

Sambil berpura-pura mengerjakan tugas kantor, aku minta istriku untuk memberikan Dani air minum. Setelah istriku membuatkan satu gelas sirup dingin, Mila menghampiri ruang kerjaku.

“Pah, minumannya udah siap… Papah aja ya yang kasih ke luar nya”, ucap istriku seperti biasa, agak kaku dan canggung terhadap orang lain.

“Papah lagi kerja dulu, Mah… tanggung, lagian dia kan satpam kompleks.. Mamah udah kenal juga kan?”, jawabku setengah memaksa.

Istriku akhirnya keluar membawa sirup dan satu toples kue kering. Saat menyimpan makanan dan minuman itu di lantai garasi, tubuh istriku membungkuk membuat belahan payudaranya terlihat jelas di balik t-shirt ketatnya. Tampak Dani melihat pemandangan itu.

“Diminum dulu, Dan…”, ucap Mila basa-basi.

“Eh..euh.. makasih banyak, Bu…”, jawab Dani kikuk.

Ketika istriku berbalik arah, mata dan kepala Dani terus memperhatikan bokong Mila sampai istriku itu masuk kembali ke dalam rumah. Wuiiih, aku sangat terangsang…. Aku segera keluar dari ruang kerja dan memeluk istriku.

“Ayo, Mah ke kamar…. Papah lagi pengen…”, ucapku sambil memeluk istriku yang tampaknya dia terkejut dengan apa yang aku lakukan.

Kami pun melakukan hubungan suami istri secara singkat, tanpa foreplay karena takut penisku ini turun lagi… akhirnya hanya sekitar 3 menit saja aku sudah ejakulasi.​



Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com