𝐂𝐈𝐍𝐓𝐀 𝐏𝐔𝐓𝐈𝐇 𝐄𝐏𝐈𝐒𝐎𝐃𝐄 𝟓 : [ 𝐏𝐀𝐑𝐓 𝐂​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​ 𝐒𝐄𝐁𝐈𝐒𝐀 𝐃𝐈𝐑𝐈𝐌𝐔 𝐌𝐄𝐍𝐆𝐊𝐇𝐈𝐀𝐍𝐀𝐓𝐈​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​ ]

 POV YOGA
[Senin, 16 Mei 2022]

Di perjalanan pulang menuju rumah setelah dari Resto, aplikasi kloninganku baru sempat kubuka karena tadi aku fokus membahas rencanaku dengan Andre. Ternyata istriku dan Dani sudah berkomunikasi lagi melalui chat, bahkan mereka sudah janjian untuk bertemu lagi setelah istriku kembali mengatakan kalau aku tidak ada di rumah. Anjng!!!!!

Kini notifikasi dari kamera CCTV berbunyi dan aku langsung membukanya. Tampak Dani sudah berada di depan pintu rumahku!!! Tak berapa lama Mila membuka pintu dan tanpa berbicara sepatah katapun istriku langsung menarik lengan Dani dengan cepat untuk masuk ke dalam rumah.

Aku harus membuka aplikasi dari spy-cam, sialnya aplikasi ini loading dulu cukup lama. Aku benar-benar sangat marah, buyar sudah rencanaku yang sudah kususun rapi semalaman dan telah disetujui oleh Andre, jika ternyata istriku masih berhubungan dengan lelaki pilihannya itu.

Ini sudah bukan program kehamilan, tapi nyata-nyata perselingkuhan… istriku yang sudah kuberi tahu batasan tentang fantasiku ternyata tak bisa kupegang ucapannya, aku kecewa…. Sangat kecewa!!! Aku berteriak keras dengan berkali-kali mengucapkan kata kotor di mobil ini dan melajukan kendaraan dengan sangat cepat agar segera sampai ke rumah.

Tangkapan layar dari spy-cam sudah terbuka, aku pilih-pilih kamera.. ternyata kini mereka sedang melakukan hal gila di ruang tengah. Lingerie sexy yang dipakai istriku telah melorot sampai ke perut. Tampak mereka sedang berciuman liar sambil berpangku-pangkuan di atas sofa yang kemarin malam aku tiduri. Mulut Dani pun sesekali rakus menjilati leher jenjang istriku dan menghisap payudara Mila.

Aku menyaksikan itu hanya sekilas-sekilas saja karena fokus menyetir dengan kecepatan tinggi. Kini aku sudah masuk ke jalan kecil menuju perumahanku namun tertahan oleh pasar tumpah yang membuat jalan tersendat cukup lama, sehingga aku bisa melihat lagi ke arah ponselku.

Terlihat mereka sedang merasakan kenikmatan dengan penuh gairah. Sejujurnya aku menikmatinya juga namun kali ini aku tak mau larut dalam fantasiku. Emosi dari kemarahanku lebih mendominasi daripada perasaan nafsuku, istriku jelas-jelas telah menghianatiku lagi.

Tampak di layar ponsel istriku kini sudah tanpa sehelai benangpun menutupi indah tubuhnya, Dani sedang menjilati memek istriku yang kini meronta dengan mata terpejam.

Mobil hanya berjalan beberapa meter sampai akhirnya berhenti lagi, kontol Dani terlihat jelas berdiri dengan gagahnya seolah melecehkan dan menghina penis kecilku.

Aku melihat istriku tak ubahnya seperti pelacur murahan yang kini giliran dia sedang menghisap kontol besar kekasihnya itu. Tampak wajahnya begitu bernafsu, setelah beberapa lama mereka terlihat berkata-kata dengan mesra dan saling berpelukan sambil tersenyum bahagia. AAAARGGGHHH!!!

Mobil sudah bisa melaju lagi, sesekali kulihat ke layar ponsel, tampak istriku sedang menggelepar dengan tubuh menindih lelaki itu. Dengan cepat sepertinya istriku sudah mencapai orgasme setelah tadi sempat kulihat mereka bercinta dengan posisi WOT.

Setelah mereka berpagutan lagi dengan tubuh berpelukan erat, tampak kini istriku menjilati wajah sampai turun menjilati tubuh atletis Dani. Lelaki itu tampak menahan geli dan sepertinya merasakan nikmat dari liukan lidah istriku.

Mobil sudah memasuki komplek perumahan, aku parkirkan mobilku jauh dari rumah…. Aku langsung berlari. Setelah sampai halaman rumah, aku mengendap sampai ke pintu.. terdengar suara desah dan lenguhan dari dalam rumah.

Plokk... Plook.. Plook...

Suara itu jelas terdengar dari balik pintu disertai lenguhan dan racauan istriku.

"Oooooh Dani Sayaaang….. enaakkkkk…. Kontol kamu gedee bangetttt, Kakak puasss dientotin kammmuu tiappp harrii aaarhhh…. Shhhh mpppfffhh… enakkk sayaaang”, racau istriku dengan suara keras.

Aku langsung menuju jendela kamarku yang daun jendelanya terbuka menghadap taman, aku masuk melalui celah itu dengan perlahan-lahan.

Kini aku sudah berada di dalam kamar, emosiku sudah tak tertahankan setelah mendengar racauan istriku yang terus menerus memuji kejantanan Dani.

Aku langsung keluar kamar, melihat mereka langsung dari jarak yang cukup dekat. Dani tampak semangat menggenjot memek istriku. Mereka tidak menyadari kehadiranku karena tubuh Dani membelakangi sementara pandangan istriku terhalang oleh tubuh lelaki itu.

Aku sudah bersiap untuk menghajar tapi posisi Dani sedang dalam keadaan penis tertancap di vagina istriku, kalau aku hajar tentu akan berdampak pada istriku. Akhirnya aku menurunkan sejenak emosiku untuk berdehem…... “Ehm!!”.

Dani langsung menoleh ke belakang, raut wajahnya seketika berubah menjadi ketakutan dan langsung melepaskan kontolnya yang masih tegak berdiri, sepertinya tinggal sesaat lagi dia akan ejakulasi jika tak kuganggu.

Dani berdiri menatapku dengan raut wajah cemas dan takut, kulihat istriku pun sudah bisa menatapku secara langsung, tapi aku tak perhatikan bagaimana raut wajahnya.

Dengan gerakan melompat cepat, aku langsung menghantam dada bidang Dani dengan tendangan kakiku. Dani terjengkang beberapa meter hingga tubuhnya terpelanting, punggungnya mengenai kursi makan dan kepala belakangnya sepertinya menghantam pinggiran meja makan.

Tubuh Dani belum jatuh sepenuhnya aku sudah menendang lagi wajahnya dengan sangat keras yang membuat tubuhnya kini menggelepar di lantai dengan mengeluarkan banyak darah dari wajahnya.

Sepertinya Dani terpancing emosi, dia mencoba untuk bangkit sampai aku kembali menginjak perutnya keras-keras. Tangan Dani mencoba mencengkram kaki yang menginjak perutnya itu tapi pertahanan di wajahnya jadi terbuka. Sehingga lutut kiriku kini maju menghantam lagi wajahnya yang sudah tampak babak belur.

Kubiarkan Dani untuk bangkit sampai berdiri untuk memberi perlawanan padaku, tampak Dani sambil terhuyung mencoba memukulku. Tangan berotot itu begitu mudah aku tepis, bahkan aku bisa memasukkan kembali lutut kananku menghunjam ke perutnya sekali lagi. Dani terbungkuk menahan sakit dengan wajah meringis, kali ini pukulan tanganku diarahkan ke wajahnya, terlihat tangan kirinya akan menepis… tapi sangat terlambat karena hantaman tanganku sudah lebih cepat mengenai wajahnya yang membuatnya ambruk seketika.

Dani terlalu sibuk membentuk tubuhnya menjadi sangat kekar berotot, tapi dia lupa bagaimana seharusnya laki-laki berkelahi!

Tubuh Dani sudah terkulai tak berdaya, kini dia seret sampai keluar rumah. Setelah sampai teras depan, kutendang sekali lagi tubuhnya itu untuk membuatnya bangkit dan melawanku lagi. Tapi dia memilih meninggalkan rumahku dengan tanpa sehelai pakaianpun menutupi tubuhnya.

Usai Dani kabur berlari dengan keadaan telanjang, aku tak dulu masuk ke dalam rumah. Aku mengatur nafas, gila… hanya melawan kecoak seperti Dani saja kini nafasku begitu kepayahan… beda jauh dengan staminaku dulu saat aku masih belajar bela diri. Aku mendengar suara tangisan istriku dari dalam rumah, aku biarkan saja…. entah apa yang sedang dipikirkannya. Aku berjaga di halaman depan rumah, karena rumah Dani hanya berjarak ratusan meter saja dengan perumahan ini. Aku bersiap menghadapi serangan balasan dari teman-temanya atau mungkin ayahnya yang terkenal sebagai preman di kampung ini. Aku yang pernah belajar bela diri pada seseorang bernama Bah Agus saat kuliah di Bogor, dan aku juga pernah sesaat menjadi anak buahnya…. dalam kondisi seperti ini aku tak gentar sedikitpun!!!

Tak berapa lama, benar seperti perkiraanku… tampak 4 orang laki-laki mendatangiku. Yang satu aku tahu, dia satpam perumahan ini yang menggantikan Dani, tampaknya dia hanya akan melerai atau mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Yang dua orang, anak muda seumuran Dani, sementara satu orang lagi adalah lelaki tua usia 60’an dengan baju lurik dan blangkon di kepalanya, rambut putih tipis sedikit panjang tampak keluar dari kedua sisi blangkon itu.

“Mana yang namanya Yoga?!?!”, ucap laki-laki tua itu sambil melotot ke arahku.

“Saya, Yoga!!”, jawabku sambil membentak.

“Kamu apain anak saya?!”, tanya lelaki tua itu balas membentak.

Aku tak membalas pertanyaannya, aku memperhatikan ketiga orang ini, mataku tertuju pada anak muda dengan mata merah yang sepertinya sedang mabuk. Dia yang akan jadi sasaran pertamaku.

“Saya udah siksa dia, tadinya mau saya habisi tapi keburu kabur… cemen sekali anak anda…. kalau anaknya ga ada, terpaksa saya akan habisi bapaknya”, aku mulai menjawab bentakannya itu dengan tenang.

Tampak wajah orangtua itu merah padam, statusnya sebagai penguasa kampung yang disegani dan namanya dikenal di area ini begitu dilecehkan oleh ucapanku.

Kini orang tua itu maju satu langkah dan seperti yang melakukan kuda-kuda siap menyerangku, begitu juga dengan kedua orang di belakangnya yang bersiap namun dari gerakannya aku tahu kalau itu bukan sikap siap siaga yang baik dalam memulai perkelahian.

Tanpa basa-basi aku langsung bergerak cepat maju dengan tendangan melompat mengarah pada wajah si pemuda mabuk. Dia terjengkang dan begitu aku buru dia sudah tak bergerak lagi, aku dengar dari arah belakang ada yang mendekatiku, benar saja sebuah pukulan dari arah belakang mencoba mengenai kepalaku tapi dengan sigap aku jongkok mengelak sehingga pukulannya itu hanya mengenai angin. Pukulan yang tanpa perhitungan itu membuat tubuhnya sendiri terhuyung ke depan dan dari arah bawah aku layangkan sebuah tinju tepat ke ulu hatinya.

Pemuda itu kini terjungkal namun tak sampai terjatuh, sampai akhirnya tendangan memutarku menyelesaikan peralawanan dia yang sangat tak berarti di siang ini. Dua pemuda telah aku selesaikan dengan begitu mudah sampai mereka tak bisa berdiri lagi, tinggal si kakek tua ini yang masih berdiri mematung, tampaknya ia tidak menduga aku melakukan gerakan secepat itu.

Tak tega rasanya berkelahi dengan lelaki tua ini, tubuhnya tinggi kurus, dan kini dari bibirnya tampak komat-kamit. Ah sialan, yang aku duga preman kampung ini jago berkelahi ternyata hanya seorang dukun yang percaya pada klenik. Karena aku benci dengan hal yang berbau klenik, maka dengan terpaksa aku tendang perut dukun yang membuat masyarakat menjadi bodoh ini.

Dia terhuyung mundur beberapa langkah ke belakang, harus kuakui kalau kekuatan bertahannya cukup baik meski tendanganku tadi telak mengenai dadanya, dia masih tegak berdiri. Aku coba menyerang lagi dengan pukulan dari tangan kiriku mengarah ke wajahnya, sengaja aku menggunakan tangan kiri karena ini tangan terlemahku, aku tak sampai hati menggunakan tangan kanan.

Tapi diluar perkiraanku pukulan tanganku ini dengan cepat ditepis lalu dicengkramnya, matanya melotot dengan bacaan mantra yang semakin keras terdengar keluar dari mulutnya. Aku semakin membenci dia… persetan dengan mantra, akhirnya dengan terpaksa kulayangkan pukulan cepat tangan kananku tepat mengenai wajah bagian hidungnya…. BUUGGGG!!!!

Tubuh kurus lelaki tua itu ambruk di atas rumput taman depan rumahku. Dia masih memandangiku dengan mata tajam dan penuh kemarahan, mulutnya tetap komat-kamit…. Aku heran, kalau normalnya orang yang kupukul hidungnya pasti mengeluarkan darah, tapi tidak dengan lelaki ini. Kini aku setengah jongkok di hadapan tubuhnya yang jatuh terlentang, aku tarik bagian atas bajunya yang membuat tubuhnya bangkit, kupukul lagi wajah lelaki tua itu. Tanpa perlawanan sama sekali, lagi-lagi dia hanya melawanku dengan mantra-mantranya, anehnya lagi setelah tiga kali pukulan keras di mukanya tetap saja wajahnya itu baik-baik saja tak mengeluarkan darah sama sekali.

Aku tersenyum, teringat cerita dari Bah Agus, guruku dulu… aku melihat di leher lelaki tua itu ada sebuah kalung hitam…. Aku segera tarik kalung itu hingga terlepas, tampak kakek itu sempat menahanku untuk mengambil kalungnya, tapi tangannya tak cukup cepat.

Begitu kalung tersebut ada di tangan kiriku, kuhajar sekali lagi wajahnya dengan tangan kananku…. Darah langsung mengucur deras dari hidung dan sudut bibirnya. Aku bangkit dan mengambil zippo di saku celanaku, aku bakar dengan segera kalung hitam itu. Kini lelaki tua itu tampak meraung kesakitan dan memohon ampun. Aku sebenarnya tak percaya klenik sama sekali, tapi setelah melihat kejadian ini… cukup aneh memang, entahlah!!!

Akhirnya ketiga orang yang babak belur ini kukumpulkan sambil duduk bersila di aspal panas depan rumahku. Disaksikan oleh satpam perumahan, mereka berjanji tidak akan menggangguku lagi.

--+++--​

Aku masuk ke dalam rumah, tampaknya Mila sudah mandi dan berganti pakaian. Rumah pun kini tampak segar dengan aroma pengharum ruangan. Begitu melihatku masuk, istriku langsung memburuku sambil menangis, namun aku pegang pundaknya agar dia tak memelukku.

“Mi, kemasi barang-barangmu…. Saya ga harus ngomong ini 2 kali, kamu udah tau pintu keluarnya kan? Bawa aja mobilmu, silahkan pulang ke orangtuamu di Sukabumi atau mau hidup dengan lelakimu itu… terserah, besok saya ke Sukabumi buat ngomong langsung ke orangtuamu..”, ucapku mantap dan duduk di ruang tamu sambil menghisap rokok.

Aku memang mencintai istriku, tapi dengan pembangkangan dan pengkhianatannya rasanya dengan berat hati aku harus memutuskan hal seperti ini. Mungkin istriku sudah salah menduga, fantasi yang kumiliki memang membuatku tampak lemah dan tak punya harga diri… itu salah! Sampai saat ini, aku masih laki-laki yang tak pantas untuk disakiti.

Mungkin usai sudah pernikahan yang telah kita bina selama hampir 10 tahun. Aku sudah tak memikirkan lagi masalah masa depan keluarga ini yang telah kurancang sejak jauh-jauh hari, aku sudah tak memikirkan lagi tentang rencana-rencana program kehamilan, usai sudah! Semuanya telah hancur berkeping-keping.

Mila tampak sangat terkejut dan memandangku tak percaya dengan apa yang telah keluar dari mulutku ini, kemudian dia meraung menangis keras sambil bersimpuh di kedua kakiku. Dia memohon ampun dan berkali-kali meminta maaf atas kesalahannya. Aku tidak bergeming, sudah pernah beberapa kali dia mengucapkan hal seperti ini setelah melakukan pengkhianatannya, jika kini dia melakukannya lagi… terus terang aku sudah sulit untuk mempercayainya lagi.

Mila tetap menciumi kakiku, meski berkali-kali aku menyuruhnya untuk tak melakukan hal itu. Dia juga tampak tak mau mengikuti perintahku untuk berkemas dan segera pergi meninggalkan rumah ini.

Walaupun aku sangat kesal pada istriku, tapi di siang ini aku tetap tenang dan sekalipun tak memarahi atau membentaknya, apalagi sampai melakukan kekerasan fisik pada seorang wanita, tidak ada kamusnya di hidupku untuk berbuat se-pengecut itu pada perempuan.

Sampai malam menjelang, Mila tetap bersikukuh dengan pendiriannya untuk tidak meninggalkanku meskipun sepanjang hari ini aku tidak menyapanya sama sekali. Dia terus menerus mendekatiku dengan ratusan bahkan ribuan kata maaf yang terlontar dari mulutnya.

Akhirnya aku luluh juga, aku mulai berbicara kepadanya. Aku memberinya kesempatan satu kali lagi…. dan kupastikan ini kesempatan terakhir baginya. Dia memelukku dengan perasaan lega, begitu juga aku yang memeluknya lagi… karena bagaimanapun memang aku masih sangat mencintainya.

“Mi… kamu belum mens?”, tanyaku dengan was-was saat kami berada di atas ranjang menjelang tidur.

Yang aku tahu biasanya di tanggal belasan seperti sekarang ini adalah jadwal istriku menstruasi. Istriku hanya menggelengkan kepalanya lemah di atas bahuku, pelukannya semakin erat.

Sudah dua kali lelaki brengsek itu menggauli istriku, bisa saja spermanya berenang mendahului spermaku yang jumlahnya memang sedikit. Ditambah lagi memang hanya beberapa kali saja kusemburkan spermaku di dalam vaginanya di bulan ini.

[Selasa, 17 Mei 2022]

Ada atau tidak ada perceraian, hari ini memang sudah kujadwalkan untuk menemui keluarga besar Mila di Sukabumi, juga masih ada beberapa saudaraku yang tinggal disana. Maksud kedatanganku adalah untuk berpamitan kepada mereka sebelum kami berangkat ke Inggris di akhir bulan ini.

Sejak pagi aku sudah bersiap, sementara Mila terlihat sangat ragu dan berkali-kali bertanya, apakah maksud ke Sukabumi ini adalah untuk menceraikannya? Sepertinya dia takut jika dihadapan orangtuanya nanti aku tiba-tiba mengatakan apa yang kubilang di hari kemarin saat emosi.

Aku menenangkan dan meyakinkannya bahwa tidak akan ada lagi kata-kata perceraian dari mulutku. Akhirnya istriku mandi untuk bersiap-siap.

Setelah beberapa lama di kamar mandi, terdengar suara istriku memanggil-manggil namaku. Aku bergegas menuju kamar mandi menghampirinya, ternyata istriku hanya ingin memperlihatkan sesuatu kepadaku…. di pagi ini dia menstruasi!​


 


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com