𝐂𝐈𝐍𝐓𝐀 𝐏𝐔𝐓𝐈𝐇 𝐄𝐏𝐈𝐒𝐎𝐃𝐄 𝟐 : [ 𝐏𝐀𝐑𝐓 𝐃​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​ 𝐓𝐈𝐀𝐃𝐀 𝐒𝐄𝐉𝐀𝐋𝐀𝐍 𝐃𝐄𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐊𝐄𝐍𝐘𝐀𝐓𝐀𝐀𝐍 𝐇𝐈𝐃𝐔𝐏 ]

POV YOGA
[Senin, 9 November 2020]

Sebelum pergi ke kantor, berat rasanya meninggalkan rumah ini.. membiarkan istriku untuk pergi keluar dengan lelaki lain di hari ini, tapi sisi jiwaku yang lain mengatakan aku harus mencoba sensasi baru dan menikmati ini semua.

Fantasi yang kumiliki ini memaksa agar istriku dinodai orang lain tapi justru hatiku juga yang tidak mau melihat itu terjadi. Pertempuran antara keinginan dan ketidak-inginan inilah yang sepertinya mengalirkan lebih cepat darah ke dalam rongga-rongga di penisku sehingga tekanan darah itu membuatnya jadi mengembang.

“Mi, jadi Pak Andre pinjem KTP-nya?”, tanyaku basa-basi begitu melangkahkan kaki hendak ke luar pintu rumah. Pertanyaan yang sebenarnya jawabannya sudah aku tahu.

“Eh.. euuh, ga tau Pah, ga ada ngehubungin lagi..”, jawab istriku terlihat sangat gugup.

Aku kaget dengan jawaban istriku…. dia berbohong lagi, tapi di kebohongan kali ini, terlihat jelas kalau istriku sudah tak dapat mengontrol dirinya lagi, akhirnya dia panik sendiri. Kepanikan semakin besar ketika menutupi kebohongan yang besar juga, biasanya seperti itu.

Aku menatap matanya, terlihat ia menjadi salah tingkah. Pengkhianatannya itu membuat api cemburu begitu hebat membakar gairahku. Aku langsung melumat bibrnya dengan sangat bernafsu.

Mmmmphh shhroouupp auumpph mmmphhh….. sshmmpphhhh ouuugghhhh mmmpphhh

Sepertinya istriku kaget dengan perilaku-ku yang tak biasa ini. Selama ini aku memang sama sekali tak pernah memberinya ciuman apalagi ciuman panas seperti ini ketika hendak pergi. Setelah berciuman, dia hanya menatapku dengan raut muka bingung, tanpa bicara lagi aku langsung melangkah ke dalam mobil setelah sebelumnya sempat meremas bokongnya.

Sebetulnya hari ini aku sudah memiliki rencana, aku akan mendatangi Samsat tempat perpanjangan STNK… aku ingin melihat istriku ‘berkencan’ dengan kekasihnya dengan mataku langsung. Tapi aku harus ke kantor dulu sebelum sekitar 10 siang nanti izin keluar dan meminjam mobil dari teman kantorku.

Waktu berjalan.. aku begitu bersemangat menjalankan rencana ini, apalagi tadi sekitar jam setengah sepuluh mereka sempat telepon-an untuk konfirmasi. Saat berbincang kudengar suara istriku begitu manja, diakhiri oleh suara ciuman jarak jauh dari Andre yang disambut dengan tawa gemas istriku. Kalau mereka sudah seberani ini, bukan tidak mungkin mereka akan berciuman atau melakukan hal-hal panas lainnya saat perjalanan menuju Samsat. Dadaku semakin berdegup kencang.

Aku tidak bisa mengawasi perjalanan istriku dari rumah sakit tempat mobil istriku diparkirkan menuju Samsat, lokasinya terlalu jauh dari kantorku. Aku langsung saja menuju Samsat, berbekal jaket hoodie, topi, kacamata hitam, masker, dan tentunya mobil pinjaman dari temanku yang kupilih kaca film-nya paling gelap, pengintaian pun dimulai.

Hanya sekitar 20 menit, aku sudah tiba di kawasan dalam kompleks Samsat. Sepertinya Andre telah sampai duluan kalau dilihat dari waktu chat terakhir saat menanyakan lokasi pada istriku di parkiran rumah sakit.

Kantor pelayanan pajak kendaraan ini begitu penuh hari ini, aku tidak kebagian parkir di depan, petugas parkir mengarahkan mobilku untuk terus menuju ke area belakang gedung. Aku belum melihat mobil Andre. Sampai area belakang pun parkir masih penuh, bahkan petugas parkir sudah tidak terlihat di area ini. Akhirnya aku berinisiatif sendiri, aku mengarahkan mobilku menuju ujung kompleks perkantoran ini yang suasanya sepi, tak diduga ternyata disana kulihat mobil Andre terparkir di bawah pohon Angsana, beruntungnya lagi sebelah mobilnya itu kosong dan menyisakan ruang yang cukup untuk 1 mobil lagi. Aku parkir tepat di sebelah kiri mobil Andre.

Sambil memarkirkan mobil aku perhatikan ke dalam mobilnya, siapa tahu mereka sedang berada di dalam, tapi ternyata kosong. Akhirnya aku turun dan berjalan menuju area depan lagi tempat gedung pelayanan pajak.

Di sebuah kerumunan orang yang berjarak, akhirnya aku melihat istriku yang mengenakan t-shirt warna salem berlengan panjang sedang duduk bersebelahan dengan Andre. Dari kejauhan aku melihat mereka berpegangan tangan, sepertinya sedang berbincang dengan begitu akrabnya dan tak ada jarak. Dari gestur tubuh, mereka seperti sepasang kekasih atau suami istri dibandingkan dengan pasangan yang baru berkencan pertama kali. Istriku yang selama ini kuanggap polos itu ternyata tak canggung saat berdekatan dengan lelaki lain!!!

Sekitar setengah jam, setelah terdengar panggilan nomor antrian, kulihat Andre bangkit menuju salah satu loket sementara istriku tetap duduk menunggu. Tak lama kemudian Andre menuju loket yang lain membawa berkas yang baru dia terima. Setelah itu sepertinya Andre harus menunggu lagi, dia mendatangi istriku. Aku pikir dia akan duduk lagi, ternyata kini istriku yang berdiri. Mereka kemudian berjalan, tubuh Mila dirangkul mesra oleh lelaki itu, bahkan sesekali telapak tangan Andre menutup atas kepala Mila mungkin untuk melindunginya dari terik panas matahari. Selain melindungi, aku lihat tangan itu kadang membelai juga rambut istriku, sementara kepala istriku sambil berjalan kadang disenderkan pada bahu Andre, seperti pasangan yang kasmaran!!!

Ternyata mereka berjalan ke arah mobil, mau kemana mereka? Apakah mereka akan pergi dulu keluar sambil menunggu proses perpanjangan STNK yang masih lama? Aku langsung berlari mengambil jalan lain, sama-sama menuju mobilku. Aku harus lebih dahulu dibandingkan dengan mereka.

Begitu tiba di mobil aku langsung masuk. Kubaringkan senderan jok depan tempat mengemudi, kemudian aku melangkah ke kursi belakang. Meskipun mobil temanku ini gelap, tapi aku tetap harus berhati-hati, segelap-gelapnya kaca mobil, kalau diperhatikan ya pasti terlihat bayangannya juga, karena itu aku sedikit merunduk ketika Mila dan Andre berjalan melewati mobilku.

Kini mereka berdiri tepat diantara mobilku dan mobilnya, aku mengintipnya dari kaca jendela kursi belakang. Kudengar Andre sudah memijit remote untuk membuka pintu, tapi istriku belum juga masuk. Tampak Andre menengok ke sekeliling, bahkan dia memperhatikan dengan seksama mobilku ini. Aku semakin merunduk, kebetulan juga di kaca belakang ini ada sebuah jas temanku yang menggantung sehingga aku mengintip di sela-sela jas itu. Aku berusaha tidak membuat gerakan apapun agar mobil ini tidak terlihat bergerak. Mereka yang berselingkuh, mengapa aku yang deg-degan?

Tubuh mereka kini berdiri berhadap-hadapan, tanpa aku duga ternyata istriku langsung menyosor bibir Andre dengan begitu liarnya. Dari sikapnya istriku yang sudah tak malu-malu, aku semakin yakin kalau saat perjalanan mereka tadi sepertinya mereka telah melakukan hal yang sama. Tangan istriku membelit ke leher Andre, sementara tangan Andre tampak meremas-remas bokong istriku yang tadi pagi sempat aku remas sebentar. Kepala istriku tampak miring ke kanan dan ke kiri seolah kerepotan mendapatkan balasan ciuman Andre yang berdiri membelakangiku. Sepertinya ciuman mereka itu telah menggunakan lidah. Penisku menegang maksimal… aku membuka celana, aku juga ingin merasakan kenikmatan yang sama seperti mereka, ku kocok penisku ini dengan kecepatan yang disesuaikan dengan gerakan mereka!!!

Kulihat tangan Andre membuka pintu mobil, kini istriku duduk sambil terus mendapatkan ciuman. Masih dalam keadaan pintu terbuka, Andre seperti yang melakukan gerakan untuk membaringkan senderan jok yang digunakan oleh istriku. Akhirnya istriku terbaring dan Andre masuk melalui pintu yang sama. Sepertinya kali ini istriku sedang ditindih oleh tubuh besar Andre. Aku mengatakan ‘sepertinya’, karena kali ini pintu mobil sudah tertutup. Mobil mereka pun tampak bergoyang.

Sial, aku tak dapat melihat apa-apa lagi… padahal aku belum mencapai klimaks. Aku bergerak perlahan ke arah kursi depan, mudah-mudahan dari arah jendela depan mereka terlihat, tapi ternyata tidak juga... karena jelas-jelas mereka berdua sedang berbaring.

Aku terus mengocok penisku, tak sampai satu menit terlihat sosok Mila muncul. Dari kaca mobilnya yang bening, tampak jelas kalau ternyata kini dia sudah berada di atas dan menghadap ke arah belakang mobil, sepertinya istriku ini sedang menduduki Andre yang berbaring. Mila tampak melihat ke sekeliling untuk melihat keadaan, tampak dari mulutnya ia mengatakan sesuatu, kemudian kepala Andre muncul dan langsung kembali melumat bibir istriku.

Cukup lama mereka dalam posisi ini, bahkan terlihat Andre menyingkapkan baju istriku, sementara Mila seperti sibuk membuka kaitan bra di punggungnya. Bra-pun terlepas, Andre tampak ganas mencaplok ranumnya buah dada istriku…. Kepala istriku sesekali menengadah dan disusul oleh Andre yang liar menjilati leher putih Mila. Kemudian mereka berbaring lagi hingga lepas dari pandangan mataku.

Hanya beberapa detik saja, tubuh Mila terlihat lagi dari balik kaca jendelanya.. kini bajunya sudah tak lagi tersingkap, tapi tonjolan di payudaranya tampak lebih besar dan bergerak-gerak, sepertinya ada tangan besar Andre di balik bajunya itu. Tubuh Mila pun seperti bergerak-gerak menggoyangkan pinggulnya. Matanya terpejam dan mulutnya terkadang menganga. Apakah celana mereka kini sudah terbuka? Penisku kukucok semakin cepat, segera kuraih tisu dan langsung kulepaskan sperma yang sudah memberontak ingin keluar…. CRTTT CRTTT CRTTTT

Setelah aku sibuk membersihkan spermaku sendiri agar tak mengotori mobil temanku ini, aku lihat tak ada lagi yang terlihat dari jendela itu. Aku tarik dan rapikan dulu celanaku, menunggu kejadian apa lagi yang akan aku lihat di hari ini.

Setelah menunggu hampir satu menit lebih, mereka masih tak juga terlihat meski gerakan di mobilnya masih terus menampakkan aktifitas. Aku berubah pikiran… mungkin karena efek telah lepasnya spermaku, sehingga tiba-tiba aku merasakan cemburu yang seperti layaknya seorang suami, aku harus menghentikan kegilaan istriku dan pasangannya!!!

Aku buka perlahan-lahan pintu mobilku dan tanpa menutupnya lagi, lalu berjalan jongkok mengendap ke arah pintu mobilnya. Aku tak mendengar suara apapun dari dalam mobil mereka, aku putuskan untuk segera membuka pintu mobilnya, aku tak peduli jika pintunya terkunci… setidaknya itu akan menghentikan kegiatan mereka.

1… 2… 3… Aku langsung tarik handle pintu itu, ternyata pintunya tak terkunci dan begitu terbuka kulihat wajah panik dari istriku… dalam hitungan sepertsekian detik aku masih menyaksikan wajah istriku yang menoleh ke arahku sementara di mulutnya yang mungil itu masih terbenam batang kemaluan Andre yang ukurannya super besar!!! Wuiiih, sexy sekali istriku saat mulutnya terisi oleh penis orang lain.

Posisi istriku saat itu sedang menungging sementara kakinya berada di pijakan kaki penumpang, sementara Andre masih terbaring dan sedikit mengangkan kakinya dimana posisi kepala istriku tepat di atas kemaluannya.

“Mi… keluar…”, ucapku lembut sambil menarik tangannya perlahan setelah ia melepaskan penis itu dari mulutnya.

Ya benar, kukatakan itu dengan lembut… aku bisa mengendalikan diri pada istriku ini… Mila keluar dan langsung kuarahkan tubuhnya ke belakang tubuhku.

Sementara Andre bangkit dan keluar mobil, langsung memburu kaki dan memegangi lututku sambil berkata… “Pak.. maafin saya, Pak… ampun Pak… saya khilaf”.

“Udah.. udah, berdiri…”, aku tepuk-tepuk pundaknya.

Setelah tegak berdiri, aku baru memperhatikan kalau tubuh Andre ini tingginya sedikit diatasku tetapi badannya jauh lebih tegap dibandingkan aku yang sedikit berlemak tak berbentuk. Dia menyalami dan mencium tanganku, aku raih pundaknya dengan pelan-pelan dan mengajaknya mundur menjauh dari istriku yang masih berdiri mematung di belakangku.

Di bagian belakang mobil, diantara mobil kami yang terparkir ada pohon Angsana yang sudah berukuran besar. Di bawah pohon itulah aku mulai bertanya dengan sopan pada Andre.. “Apa aja yang udah kamu lakuin sama istriku, Ndre?”, tanyaku.

Andre menggeleng sepertinya enggan untuk menjawab pertanyaanku, sambil mengucapkan maaf dia berupaya untuk mengajakku berangkulan, tapi tiba-tiba pukulan tangan kananku langsung kuhujamkan ke arah perutnya…. BUUG!!!

Andre terhuyung ke belakang dan menyandar di batang pohon Angsana sambil membungkukkan badan sepertinya dia cukup kesakitan setelah menerima pukulanku.

Aku maju lagi perlahan, “Jawab, Ndre…”, tanyaku masih dengan nada yang tenang dan pelan. Andre menggeleng lagi. Kali ini dengan secepat kilat aku raih kepalanya yang terbungkuk dengan kedua tanganku langsung dibenturkan dengan ayunan dari lututku… BRUUUGGG!!! Sebuah benturan telak mengenai wajahnya.

Kini tubuh Andre terjengkang dan jatuh tepat di samping batang pohon Angsana, dengan kondisi wajah yang berlumuran darah. Sekali lagi aku layangkan tendangan keras ke arah tubuhnya yang sudah tersungkur itu. BDAAAGGG!!!

Aku maju lagi, kini telapak kakiku yang menggunakan sepatu boots menekan samping wajah Andre, tidak menginjaknya terlalu keras.. tapi cukup membuat kepalanya tak bisa bergerak terhimpit sol sepatu dan alas tanah yang ditumbuhi tonjolan dari akar pohon Angsana. Perbuatanku ini jauh lebih lembut daripada kelakuanku saat kuliah di Bogor dulu, kini aku sudah berusia 36 tahun, sedikit bisa mengontrol emosi.

Aku membuka dompet untuk mengambil kartu namaku, kulirik sebentar ke arah istriku tapi tampaknya dia menatap ke arah lain seperti yang tak ingin melihat kejadian saat aku menyiksa kekasih gelapnya ini. Aku lemparkan kartu namaku tepat di depan wajahnya yang semakin banyak mengeluarkan darah segar.

“KTP istriku, serahin hari ini juga ke kantorku….”, ucapku sambil mengangkat kakiku pelan-pelan.

Aku melangkah ke arah istriku dan memegang pundaknya, dia tampak terkejut dan terlihat air matanya berlinang di kedua pipinya. Aku tersenyum dan memapahnya untuk masuk ke dalam mobil. Aku pun pulang bersama istriku meninggalkan Andre yang sepertinya masih kesakitan.

Sepanjang perjalanan pulang, istriku terus menerus menangis dan meminta maaf. Berkali-kali ia coba meraihku seperti ingin memeluk namun aku tepis. Aku tidak marah, hanya sedang tidak ingin diganggu saja. Terus terang aku kecewa dengan pengkhianatannya, kecewa sekali…. tapi kesalahannya itu ada andil besar juga dariku. Itu mengapa aku tidak terlalu emosi pada istriku, termasuk juga pada Andre.

Sebenarnya Mila dan Andre adalah korban dari fantasiku, meskipun pada akhirnya mereka melakukan kesalahan yang fatal.. tapi jika saja dari awal aku tak membiarkan Andre mengambil mobil ke rumahku, itu bisa saja… aku bisa mengorbankan sementara pekerjaan untuk mengurus urusan mobil itu hingga tuntas. Aku juga bisa tak memberikan nomor istriku, biar Andre tetap menghubungi nomorku jika ada perlu, atau KTP istriku aku yang memegang. Bahkan ketika mereka mulai akrab di chat dan akan bertemu seperti siang ini, aku bisa saja mencegahnya… tapi aku yang membiarkan itu terjadi.

Di kejadian ini, aku akan mengatakan pada istriku, di hari ini juga…. tentang fantasiku. Aku sudah merangkai kata dan merancang apa yang akan dibicarakan pada istriku, meskipun ada rasa takut, malu, ragu… tapi aku akan memanfaatkan moment ini. Setelah sempat mengambil mobil istriku di parkiran rumah sakit, akhirnya kami sampai ke rumah dengan mobil yang beriringan.

Setiba di rumah, aku langsung membawa istriku ke dalam kamar, ada sesuatu yang ingin kubicarakan secara lebih intim. Tapi begitu sampai di dalam kamar, tangis istriku semakin meraung dan kembali mengucapkan ribuan kata maaf.

“Pah… jangan tinggalin aku… aku emang udah ngelakuin hal yang salah banget…. Papah boleh ngelakuin apa aja sama aku… tapi jangan tingalin aku, Pah….”, pinta istriku diantara tangisnya yang membahana.

“Mi… sebenarnya hubungan kamu sama And…”, ucapku tenang mencoba merangkai kata agar tak langsung masuk ke pembahasan inti tentang fantasiku. Tapi ucapanku terpotong oleh ledakan tangis dan teriakan istriku yang mungkin menganggap aku akan mengatakan kata ‘pisah’.

Huffft, semua kata yang kurencanakan sejak dari mobil tadi seolah menguap begitu saja terganggu oleh tangisan istriku. Pikiranku kembali goyah, apakah aku harus menceritakan semua ini? Apakah aku harus menceritakan aib besar di diriku pada Mila? Bukankah itu hanya akan membuat kewibawaanku di mata istriku akan menjadi luntur seketika? Keinginan tiada sejalan dengan kenyataan hidup, keinginan untuk mengungkapkan fantasiku, tapi kenyataannya aku belum mampu.. aku tak sanggup, sepertinya istriku pun tak akan bisa menerima dengan jernih jika harus kukatakan hari ini.

Memang sulit, rupanya aku belum bisa menjalankan apa yang pernah Deasy sampaikan. Jikapun aku mengatakannya pada istriku, bisa saja dia tidak mengerti dan menganggapku aneh, membuat hubungan dalam rumah tangga ini semakin berantakan.

Akhirnya aku menarik mundur niatku, seketika menggantinya dengan plan B. Aku akan membuang fantasiku ini, aku merasa tak cukup dewasa untuk menjalankannya. Tapi dengan syarat yang akan kuberikan pada istriku.

“Pah… Papah marah ya?... maafin aku…”, rengek istriku yang terus saja begitu.

“Iya, Papah marah”, aku menjawabnya dengan tenang.

Mila langsung merangkul tubuhku dan kali ini aku biarkan dia memelukku. Kurasakan payudaranya begitu menempel di dadaku, rupanya dia masih tidak menggunakan bra, sepertinya tertinggal di mobil Andre.

“Mana HP Mi?”, tanyaku. Mila langsung memberikan ponselnya dari saku celananya.

“Ga usah lagi dikunci-kunci kaya gini ya… blokir Andre terus hapus nomornya…”, perintahku pada Mila.

Dia pun langsung mengikuti semua keinginanku dengan raut wajah yang menyimpan rasa malu yang teramat sangat dan jari tangannya yang kulihat bergetar.

“Jangan gitu lagi ya, Sayang… Papah maafin kamu kali ini, tapi jangan sekali-kali khianatin Papah lagi…”, ucapku sambil menatap mata dan memegangi kedua pipinya.

Sepertinya baru kali ini aku mengucapkan kata ‘Sayang’ pada istriku, mungkin pernah.. tapi aku tak ingat. Dan sepertinya istriku juga cukup terkejut dengan ucapanku itu, dia merangkulku lagi.

“Papah beneran sayang aku…? sama mau maafin aku?”, tanyanya di balik pelukanku.

“Iya sayang, Papah maafin… dari dulu juga Papah sayang sama kamu, Mi… Cuma emang ga pernah diungkapin pake omongan”, balasku menenangkannya. Dan jika aku berani jujur pada istriku, setelah kejadian yang kualami dan kulihat langsung selama seminggu terakhir ini, rasa sayangku padanya justru semakin besar dan aku tak ingin kehilangannya.

“Kenapa kamu ngelakuin hal itu sih?”, tanyaku penasaran meskipun sudah memaafkan.

Mila menggeleng-gelengkan kepalanya, tapi aku kembali mengulangi pertanyaan yang sama hingga tiga kali, akhirnya dia mau menjawab… “aku takut Papah nganggap ini cuma alesan aku aja, tapi beneran Pah…. aku kesepian…. aku selama ini kaya ga diperhatiin sama Papah…. kaya ga dianggap…. maafin aku ya, Pah…. aku ngalakuin hal yang bodoh kaya gini….”, ucapnya.

“Ya udah, maafin Papah juga ya, Sayang… Papah janji mulai saat ini bakalan lebih merhatiin Mamah… ngeluangin waktu buat Mamah…. tapi boleh kan Papah minta sesuatu….”, balasku dan untuk pertama kalinya juga aku menyebut kata ‘Mama’ pada istriku ini setelah 8 tahun menikah!!!!

“Minta apa, Pah?”, tanya istriku sepertinya penasaran dan begitu tegang terlihat dari raut mukanya.

“Biar Papah tambah sayang dan betah di rumah, boleh kan Papah minta Mamah buat robah penampilan….”, pintaku sambil tersenyum, sebenarnya permintaan ini pernah diajukan beberapa kali namun waktu itu tidak diucapkan secara serius dan tentu saja ditolaknya.

“Aku ga cantik ya, Pah?”, tanya istriku dengan nada yang sepertinya kecewa dengan ucapanku.

“Ngga kok… Mi udah paling cantik di mata Papah… cuma pengen aja ngeliat Mi agak beda”, jawabku dengan memujinya sedikit berlebihan.

“Berubahnya kaya gimana, Pah?”, tanya istriku lagi.

“Baju-bajunya sedikit lebih sexy… terus dandanannya juga… mmm, kaya gimana yah?”, jawabku sedikit ragu-ragu, takut dia menolaknya lagi.

“Emang aku pantes kalo kaya gitu?”, tukas istriku yang sepertinya tak merasa percaya diri.

“Pantes, Sayang..!”, jawabku cepat dan bersemangat.

“Ya udah deh, terserah Papah aja…”, balas istriku yang disambut oleh pelukan dariku…. Akhirnya!!!!!

“Anter Papah balikin dulu mobil temen Papah ke kantor yuk… Papah ga akan masuk kerja lagi deh hari ini… kayanya kita jalan-jalan aja ke Salon sambil beli baju, gimana?”, tanyaku lagi yang kemudian langsung dijawab dengan anggukan dan senyuman manis dari istriku.

--+++--​


Setelah menukar mobil di kantorku, kami langsung menuju kawasan Senayan City. Disana ada salon sekaligus klinik kecantikan, aku tahu itu.. karena dulu pernah beberapa kali mengantar wanita simpananku mendatangi klinik ini. Tapi sekarang rasanya sangat berbeda dan sangat membahagiakanku, kali ini aku datang bersama istri yang sangat kusayangi, meskipun sudah mengkhianati… ah sudahlah, lupakan hal yang tadi!!!

Disana istriku melakukan konsultasi dengan dokter kecantikan yang sudah berpengalaman, aku yang lebih bersemangat dan bertanya dibandingkan dengan istriku yang hanya mengangguk-angguk dan tersenyum malu-malu. Dari penjelasannya terdengar kalau istriku ini tidak memiliki masalah apapun dengan kulit wajahnya, tinggal membuatnya menjadi lebih glowing, dan itu cukup dengan paket treatment yang standar.. harganya pun cukup murah dibandingkan dengan treatment yang dilakukan wanita simpananku dulu.

Setelah dilakukan penanganan, aku pun memilih beberapa produk perawatan wajah dan make up yang terbaik untuk istriku, dokter kecantikan itu mengatakan dengan kondisi kulit wajah istriku paling lama sekitar 2 bulan sudah bisa membuat wajahnya semakin glowing. Bahkan baru pertama kali perawatan saja, belum memakai produk-produk nanti di rumah, kulihat istriku sekarang sudah berbeda, sungguh bercahaya….

“Pah, tapi aku ga bisa dandan, buat apa beli make up yang mahal-mahal…”, tanya istriku berbisik malu-malu ke telingaku.

“Dicoba aja dulu, Sayang… ga perlu dandan yang berlebihan…. Banyak kok tutorial-nya di Youtube…”, jawabku asal, karena akupun sebenarnya tak mengerti sama sekali urusan dandan ini.

Setelah itu, berlanjut ke perawatan rambut… kali ini aku yang lagi-lagi mendominasi memilihkan model rambut sesuai keinginanku, istriku hanya menurut saja.. sepertinya dia sudah pasrah. Aku memilih model yang sedikit wavy sehingga akan tampak sedikit mengembang, kemudian diwarnai sedikit coklat tak terlalu mencolok. Entah akan cocok apa tidak dengan model barunya ini, tapi setidaknya bisa merubah penampilan rambutnya yang selama ini panjang hitam lurus dan kadang lepek.

Aku rela menunggunya berjam-jam tanpa keluar dari salon, penantian panjangku tak sia-sia.. ketika telah selesai, istriku mendatangiku dengan tersenyum malu memperlihatkan model rambut terbarunya…. Luar biasa cocok dan cantiknya istriku kali ini, kecantikannya meningkat 8 kali lipat, membuat penisku menegang tanpa perlu dirangsang oleh hal-hal gila seperti sebelumnya.

Waktu sudah menginjak malam, setelah makan kami langsung mencari-cari baju yang sesuai keinginanku. Entah berapa puluh baju yang kubeli di saat ini, mulai dari lingerie, baju santai saat di rumah, sampai baju untuk pergi. Sangat boros aku hari ini, tapi aku sangat puas… membuat istriku geleng-geleng kepala.

Sebagian kecil baju yang kubeli ada yang potongan dadanya rendah sehingga mengekspos bagian payudaranya, tapi kebanyakan memang tak terlalu sexy khususnya untuk baju pergi, aku memang tak terlalu suka dengan perempuan yang terlalu ekstrim…. Cukup yang ketat saja sehingga membentuk lekuk tubuhnya yang ternyata baru kusadari sangatlah indah.

“Terus baju aku yang dulu mau dikemanain?”, tanya istriku di dalam mobil ketika pulang ke rumah.

“Kasihin aja, Mi… tapi nanti Papah pilihin dulu.. soalnya ada beberapa yang Papah suka… ntar kalo kurang, Papah beli lagi online yang lingerie-lingerie sexy gitu…”, ucapku nakal dan sudah mulai mengatur hidup istriku.​


 


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com