𝐏𝐞𝐭𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐀𝐝𝐫𝐢𝐚𝐧 𝐁𝐚𝐛 𝟐𝟗

 


Sebuah mobil tampak berhenti tepat di samping seorang remaja yang asyik menghisap rokoknya di atas motornya. Saat jendela mobil itu terbuka,

"Hai Adrian!!" Tegur seorang wanita berkaca mata hitam dari dalam mobil.

Adrian menoleh dan tersenyum kikuk saat mengetahui siapa yang menegurnya.

"Bu Laila." Balas Adrian.

"Nanti ikut ke rumah kan?" Tanya Bu Laila.

"Belum tau Bu, tadi Tiara tidak bilang kalau belajar kelompok lagi di rumahnya Dini." Jawab Adrian.

Remaja itu merasa kikuk akibat kejadian beberapa waktu yang lalu di belakang rumah Dini. Jiwa pemangsa yang meronta-ronta semenjak adegan ciumannya dengan Bu Laila coba di redamnya dengan hanya mengantar-jemput Tiara di rumah Dini tanpa mau menungguinya lagi.

Tetapi, sekuat apapun dia mencoba meredam sisi pemangsanya, hal itu seakan percuma karena mangsa itu justru mendekat dan menggoda.

"Ibu sudah siapin makanan buat teman-temannya Dini, sekalian buat kamu juga Rian. Jangan menolak rejeki." Rayu Bu Laila sambil tersenyum.

"Kalau saya tergantung Tiara sih Bu, kalau dia nya ngajak ya saya ngikut aja." Ujar Adrian dengan dada berdetak kencang melihat lesung pipit di kedua pipi Ibu itu.

Bu Laila memakai long dres batik yang dengan belahan yang menampilkan sedikit aja garis tengah di antara kedua payudaranya. Mata jalang Adrian pun tidak luput memperhatikan hal itu. Geliat jiwa preadatornya bergerak naik tanpa disadarinya.

"Udah jadian belum sama Tiara?" Tanya Bu Laila sambil kembali tersenyum menggoda.

"Belum Bu, ada Dini membuat saya bimbang menentukan pilihan, hehehe." Jawab Adrian sekenanya.

"Eh, kok jadi karena Dini?" Ketus Bu Laila.

"Sejak main ke rumah Dini dan mengobrol sedikit dengan Dini, saya jadi memperhatikannya Bu." Kata Adrian sambil menghembuskan rokoknya.

"Dini nggak suka cowok perokok!" Ketus Bu Laila lagi.

"Ooo..gitu ya Bu, ya udah lah, jadi saya gak perlu lagi memilih antara Dini atau Tiara."

Ujar Adrian santai dengan matanya curi-curi pandang ke belahan dada yang sukses membuat matanya enggan berpaling.

"Jangan ke-geer-an hanya karena keramahan Dini kamu jadi menganggapnya lain." Ejek Bu Laila.

"Sebenarnya lebih menarik Ibu nya sih daripada Dini, yang berat itu memilih ibunya Dini atau Tiara, hahaha." Goda Adrian sambil menetap lekat Bu Laila sambil tersenyum nakal.

"Ibu kira kamu itu remaja culun yang takut untuk mendekati cewek. Aku merasa tertipu kemarin waktu di belakang rumah." Ketus Bu Laila.

"Tertipu??"

"Saya menipu Ibu apa??"

Tanya Adrian kaget dan sengit.

"Ternyata kamu lebih pandai mencium daripada lelaki dewasa seperti suami ku contohnya." Kata Bu Laila balik menatap sengit.

"Walaupun begitu, ciuman saya tidak berpengaruh banyak juga buat Ibu. Kan hanya sekedar mengajari saya bagaimana mencium seorang wanita agar untuk membedakan ciuman remaja dengan ciuman orang dewasa." Adrian mencoba meredakan ketegangan mereka dengan bersikap dan berkata santai sambil tersenyum.

"Sok tau!!!" Jawab Bu Laila ketus.

Dengan jengkel, Bu Laila menutup jendela mobilnya lalu melaju berpindah tempat untuk menunggu anaknya keluar dari gerbang sekolah.

"Ck ck ck, ajaib." Gumam Adrian sambil menggelengkan muka.

Tak lama kemudian, berturut-turut keluarlah para siswa. Dan muncullah Tiara dengan rambut hitamnya terkuncir dan wajah yang manis tersenyum sumringah saat melihat Adrian.

"Nunggunya lama mas?" Tanya Tiara.

"Lumayanlah, aku berangkat agak awal karena enak berteduh di taman, sejuk bikin ngantuk, hehehe." Jawab Adrian sambil menyerahkan helm batok hitam kepada Tiara.

"Mas, kita diundang ke rumahnya Dini untuk belajar kelompok sekalian syukuran ulang tahun ibunya." Ujar Tiara.

"Kan yang belajar kelompok kamu yank, eh.." Adrian langsung membungkam mulutnya sendiri akibat keceplosan.

"Hahaha, yank??" Tanya Tiara menggoda sambil tertawa.

"Nggak, Ara, maksud ku." Kata Adrian malu-malu.

"Ara gak keberatan kok dipanggil kayak tadi." Kata Tiara sambil tersipu.

"Kita kan belum pacaran Ara." Ucap Adrian sambil memakaikan helm batok yang cuma dipegangin Tiara.

"Mas tiap hari jemput Ara ngapain coba?" Goda Tiara.

"Eeengg...ngapain ya..eemmm.." Adrian kikuk dengan pertanyaan Tiara.

"Cepetan naik Ara." Pinta Adrian.

"Nggak mau, Mas jawab dulu pertanyaan Ara." Desak Tiara.

"Iya entar sambil jalan Mas jawab." Kata Adrian semakin kikuk.

"Mana boleh berkendara sambil mengobrol?" Tiara semakin senang dengan kekikukan Adrian.

"Cup." Adrian mengecup pipi Tiara dengan tiba-tiba.

"Maaaassss!!!!"

Tiara yang kaget seketika berteriak, semua orang pun menoleh ke arahnya. Adrian semakin kalut dan bingung karena terkejut dengan reaksi Tiara dan orang-orang di sekitarnya.

"Aaa..aku..ssss..sayang..aaaa..ama Tiara, mmmm..makanya antar jeeemmm..puuutt Tiara." Jawab Adrian tergagap.

"Hihihi...hahaha..Mas Adrian lucu."

Tiara yang mukanya sudah memerah karena ciuman Adrian di pipinya langsung berubah cerah dan tertawa dengan gembira. Ia pun langsung naik di belakang Adrian, membonceng remaja yang sedang kikuk dan bingung.

"Kenapa sih malah ketawa?" Tanya Adrian jengkel saat ia mulai mengendari motornya memboncengkan Tiara.

"Ngapain tadi Mas nyium pipi ku, kurang ajar tau!!!" Ketus Tiara berpura-pura marah.

Tiara menahan cekikikannya karena geli dengan kegugupan Adrian. Ia semakin senang karena Adrian tidak mungkin melihatnya terkekeh pura-pura marah karena Adrian fokus dengan jalanan di depan.

"Maaf Ara, Mas gemes lihat pipi mu yang putih merona itu." Adrian menjawab lebih tenang setelah menghela nafas beberapa kali. Tiara pun diam sambil tersenyum bahagia di belakangnya.

Pengalamannya dengan para wanita dewasa ternyata tidak berlaku bagi seorang gadis remaja yang telah memikat hatinya. Sikap Tiara yang susah diprediksi dengan mood yang tidak menentu membuat Adrian kewalahan.

Cinta adalah rasa yang memang sukar dipahami oleh siapapun. Kita bisa menjadi orang lain tanpa kita sadari hanya demi menyenangkan hati kita dan orang yang kita cintai. Atas nama cinta, kita bisa bertekuk lutut hanya untuk membuat yang dicintai bahagia.

Inilah yang sedang dialami Adrian. Tiara bukanlah wanita dewasa yang bercinta dengannya hanya karena kebutuhan syahwat. Tiara adalah gadis yang tidak disadari Adrian menjadi pujaannya. Dengan para wanita paruh baya, ia bisa berpura mengalah untuk nantinya mengendalikan mereka, dengan Tiara, ia mati kutu karena hatinya sudah terkungkung untuk selalu berusaha menyenangkan gadis manis itu.

..........................

Bu Laila tampak cantik dengan dress selutut berwarna abu dengan motif bunga. Beliau sibuk mengeluarkan dan menyiapkan makanan di meja makan besar untuk teman-teman Dini yang diundangnya. Adrian dan Tiara yang datang paling awal pun sibuk membantu Dini dan ibunya. Setelah semuanya sudah siap, tak berapa lama serombongan teman Dini yang berjumlah tujuh orang pun datang. Mereka tampak membawa sekotak bingkisan yang entah apa isinya.

"Ayo kalian semua masuk dan makan dulu sebelum belajar." Ajak Bu Laila menyambut kedatangan mereka.

Saat berkumpul di meja makan yang besar itu, kotak bingkisan itu dibuka yang ternyata berisi kue ulang tahun kecil untuk Bu Laila.

"Selamat Ulang Tahun Tante!!!!" Kata semua teman-teman Dini termasuk Tiara.

Adrian yang kikuk karena bukan merupakan siswi sekolah hanya berdiri agak jauh di belakang Tiara. Matanya jelas menatap Bu Laila dengan pandangan yang jelas artinya bagi Bu Laila yang sekilas menatapnya.

Bu Laila bergembira saat nyanyian lagu Happy Birthday dinyanyikan para siswi itu. Dini terlihat antusias dengan acara ulang tahun ibu nya yang dilakukan secara sederhana bersama teman sekelompok belajarnya. Setelah meniup lilin dan memotong kue ulang tahun, mereka semua menyantap hidangan yang telah disediakan. Adrian pun makan sambil berdiri di belakang Tiara.

"Ra, udah jadian belum?"

"Kapan nih makan-makan syukurannya?"

"Tiap hari di jemput masak gak jadian??"

Bergantian teman-teman Tiara menggodanya sambil tertawa riang, Adrian dan Tiara hanya diam tersipu malu. Keduanya seakan mati gaya atas godaan para gadis remaja itu. Bu Laila pun turut terawa riang menyaksikan kekikukan kedua sejoli yang sedang dimabuk asmara itu.

Setelah selesai acara makan-makan, semua membantu Bu Laila untuk membersihkan meja dan mencuci piring. Setelah beres para siswi itu pindah ke ruang depan untuk belajar bersama. Adrian ke belakang rumah dan duduk berteduh di sebuah pohon mangga yang cukup lebat, merokok dengan santai.

"Kenapa kamu tadi menatapku seperti tadi Rian?" Pertanyaan Bu Laila mengagetkan Adrian hingga dia tersedak asap rokoknya.

"Uhuk..uhuk..uhuk.."

"Kenapa ibu selalu mengagetkan saya?"

"Uhuk..uhuk..uhuk.."

Adrian yang terbatuk langsung mematikan rokoknya dan membuang putung rokok itu di tumpukan daun di depannya.

Ada sebuah tembok bangku berukuran setengah meter, dan Bu Laila bertanya sambil duduk di situ.

"Hahaha..masih muda kok kagetan, jangan-jagan ada riwayat jantung kamu Rian?" Ujar Bu Laila sambil tertawa menggoda.

"Saya cuma melirik Ibu tadi, bukan sesuatu yang salah kan melihat Ibu yang terlihat manis dan gembira?" Kata Adrian agak sengit karena terganggu acara merokok santai nya.

"Tatapan mu jelas menyiratkan sesuatu yang sukar dimengerti bagi gadis-gadis itu Rian, tapi bagi ku, aku tau arti pandangan matamu." Ujar Bu Laila mendekati Adrian.

"Kamu ternyata bukan remaja yang culun, dan aku telat menyadarinya hingga mau aja kamu pecundangi untuk mengajari mu mencium." Kata Bu Laila lagi, kali ini dengan tekanan sambil menegakkan jari telunjuk kanannya di depan wajah Adrian.

Sang Predator adalah pemangsa yang unik, dia selalu bisa menyamarkan topengnya dengan baik di depan mangsanya. Dengan wajah yang sedikit ketakutan seakan gentar dengan ancaman sang mangsa, ia ingin mengelabui si mangsa agar semakin mendekatinya.

"Aaaa..apa arti tatapan mmmm..mata saya bagi Ibu?" Tanya Adrian agak gemetar.

"Matamu seakan menelanjangi ku Rian!!" Desis Bu Laila marah.

"Apa yang kau lihat dari ini!!!" Tanya Bu Laila sambil menunjuk dadannya sendiri.

"Mmm..mmm..sa...sa..saya hhhh..hanya sekilas melirik ke situ kan bu?" Jawab Adrian mencoba mengelak.

"Mata mu menyiratkan pikiran mesum mu melihat dada ku kan?" Tanya Bu Laila menggertak.

Adrian bergerak cepat menyergap bibir Bu Laila yang terbuka. Tangannya mencengkeram kedua lengan Bu Laila.

"Mmmppphhh..mmppphhh..mmmpphhh.."

Adrian melumat bibir itu dengan liar. Penyakit gemas nya kembali muncul hingga membuat mata Bu Laila melotot dan mukanya merah padam.

"Mmm...maa..maaf bu.." kata Adrian sambil melepaskan cengkeraman tangannya dan lumatan bibirnya.

"Adriaaaaannn!!!!!!" Desis Bu Laila yang marah karena kaget dengan ciuman Adrian.

Bu Laila semakin kaget melihat reaksi Adrian yang seakan menjadi sesuatu yang lain saat meminta maaf. Ia pun penasaran dengan perbedaan sikap Adrian yang terjadi begitu cepat.

"Kenapa kamu mencium ku??!!!" Tanya Bu Laila dengan marah.

"Sa..sa..saya ka..ka..kalau ge..ge..gemas su..su..suka be..be..begitu bu, maafkan saya." Kata Adrian tergagap sambil mencoba melangkah pergi meninggalkan Bu Laila.

"Mau ke mana kamu??!!" Desis Bu Laila.
Dr
"Sa..sa..saya ma..ma..malu bu." Jawab Adrian masih tergagap.

"Kamu bilang ciuman kita kemarin tidak berpengaruh sama ibu kan?" Tanya Bu Laila, kali ini lebih lembut. Ia penasaran dengan apa yang ada di dalam diri remaja itu.

Adrian tidak menjawab, ia hanya menatap Bu Laila lekat, jauh di dalam hatinya, senyum kemenangan tersungging.

"Ibu ingin mencoba berciuman dengan mu lagi." Kata Bu Laila malu-malu.

Entah kenapa, rasa penasaran Bu Laila terhadap remaja ini seakan mampu menghapus kemarahannya begitu saja. Ada sebuah getaran dalam kalbunya, berupa sebuah keinginan untuk kembali mencoba sekali saja berciuman seperti yang dilakukannya kemarin.

"Aaa..aapakaahh..iii..ibu seee..rius???" Tanya Adrian.

"Ada Dini, Tiara dan teman-temannya di dalam Bu." Ujar Adrian ragu dengan ucapan Bu Laila.

Bu Laila mendekat,

"Aku hanya ingin mencium mu sekali saja Rian."

"Muaaacchhh..mmmppphhhh.."

Bu Laila merengkuh kepala Adrian dan langsung melumat bibir remaja yang tanpa sepengetahuannya sudah ahli membangkitkan syahwat wanita paruh baya sepertinya.

Awalnya Adrian hanya sekedar membuka mulutnya tanpa membalas ciuman Bu Laila, tapi setelah melihat Bu Laila memejamkan matanya dan merangkulkan kedua tangan ke lehernya, Adrian menunjukkan taringnya.

"Mppphhh..mmppphhh..mmppphhh.."

Bibirnya ganas membalas serangan bibir Bu Laila, lidahnya menjulur, membelit dan meludahi lidah Bu Laila hingga beliau melenguh.

"Oummmhhh..mmmppphhh..mmppphhh.."

Tangan Adrian semakin menekan kepala Bu Laila, lalu mengelus punggung hingga,

"Heeehhh..heeeehh..heeeehhh.."

Bu Laila melepaskan ciumannya, nafasnya memburu, kepalanya menunduk, matanya terpejam, wajahnya memerah. Mangsa itu sudah terjebak dalam perangkat Sang Predator!!.

BERSAMBUNG ...



Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com