Adrian dengan versi baru untuk para pembaca yang setia menanti 😁😁
"I am a man who walks alone
And when I'm walking a dark road
At night or strolling through the park
When the light begins to change
I sometimes feel a little strange
A little anxious when it's dark
Fear of the dark
Fear of the dark
I have a constant fear that something's always near
Fear of the dark
Fear of the dark
I have a phobia that someone's always there
Have you run your fingers down the wall
And have you felt your neck skin crawl
When you're searching for the light?
Sometimes when you're scared to take a look
At the corner of the room
You've sensed that something's watching you
Have you ever been alone at night
Thought you heard footsteps behind
And turned around and no one's there?
And as you quicken up your pace
You find it hard to look again
Because you're sure there's someone there
Fear of the dark
Fear of the dark
I have a constant fear that something's always near
Fear of the dark
Fear of the dark
have a phobia that someone's always there
Watching horror films the night before
Debating witches and folklore
The unknown troubles on your mind
Maybe your mind is playing tricks
You sense and suddenly eyes fix
On lp shadows from behind"
Dentuman musik heavy metal dari Iron Maiden terdengar menyayat telinga. Dari sebuah panggung taman budaya di kota Semarang yang bercuaca panas saat itu menambah kegerahan para headbangers yang memutar kepalanya dan bergoyang bertabrakan. Arena Parade Musik itu terlihat ramai dengan berbagai hiruk pikuknya. Panggung tertutup itu tidak mampu memuat animo para pemuda yang begitu antusias menyaksikan band-band lokal beraliran random.
Adrian, remaja tanggung itu begitu menikmati permainan gitarnya saat bermain bersama bandnya. Walaupun hanya berdiri tanpa bergerak, tapi jemarinya lincah memetik setiap fret dan senar gitar listrik buatan Jepang. Sentuhan jemari pada gitarnya seakan menggambarkan belaiannya terhadap beberapa wanita setengah baya yang telah menjadikannya seorang Predator Muda. Ia menikmati permarinan gitarnya seolah mengejar orgasmenya.
Saat lagu itu selesai, keringat membasahi kaos hitamnya, tubuhnya lemas. Dan dia pun turun tertatih dari panggung dan jatuh terduduk bersama anggota bandnya bercampur dengan penonton.
"Mas, haus!!" Kode nya kepada kakaknya yang juga merupakan bassis di band nya.
"Nih, beli 5 sekalian, jangan lupa rokoknya." Jawab kakaknya sambil mengulurkan uang 50rb.
Adrian yang merupakan anggota termuda segera bergegas keluar dari hall tertutup itu untuk membeli minuman dan rokok. Saat sedang asyik merokok di depan warung,
"Hei, Predator.." sebuah bisikan terdengar di telinga kanannya.
Adrian tersentak kaget mengenali suara seksi itu,
"Hai Bu Anis, ngapain di sini?" Tanya Adrian dengan senyum sumringah.
"Ck ck ck, baju mu basah kuyup gitu kayak habis ngentot aja. Hahaha." Goda Bu Anis dengan gembira.
"Hahaha, jadi keinget waktu di Matahari kan Bu?" Goda Adrian balik.
"Eh..kirain kamu itu sudah lupa sama hotel itu." Kata Bu Anis.
"Lupa?? Mana bisa Bu, di situ ada seorang bidadari dewasa yang lenguhan dan desahannya selalu terngiang di telingaku setiap aku memejamkan mata." Ujar Adrian santai sambil sesekali menghirup rokoknya.
"Itu Kartika kali, hahaha." Jawab Bu Anis.
"Desahannya Bu Kartika tidak seseksi Bu Anis, lenguhan Bu Kartika tidak sesensual Bu Anis, itu bisa jadi perbandingan yang fair untuk ku memilih siapa kan?"
Adrian terkaget sendiri dengan ucapannya barusan, kenapa lidahnya menjadi selemas itu untuk berkata-kata??.
"Mama!!"
Seorang remaja putri yang berkulit putih, berwajah cantik dan berbusana bak lady rocker mendekat membuyarkan gombalan remaja cungkring nan mesum.
"Wah..ternyata Mas Adrian yang tadi barusan main?? Nggak nyangka main gitarnya bagus banget mas." Puji remaja cewek itu.
"Kamu lupa sama Ara?" Tanya Bu Anis.
"Ara?? Siapa??" Adrian bertanya balik.
"Ya udah, kenalan dulu lah." Sungut Bu Anis agak jengkel dengan sikap bloon Adrian.
"Adrian." Ucap Adrian menjulurkan tangan.
"Udah tau, kan udah pernah ke rumah, aku Ara mas." Jawab Ara sambil menyalami Adrian.
"Oooo..kamu yang bukain pintu waktu aku ke rumah nyari ibu mu itu ya?" Ujar Adrian sambil tersenyum.
"Kamu agak gemukan sih, jadinya pangling. Hehehe." Kata Adrian lagi.
"Apa sih, Mas aja yang dasarnya pikun." Kata Ara bersungut-sungut.
Adrian menatap Bu Anis yang geli melihat keterkejutannya menghadapi sikap Tiara nama panjang gadis itu.
"Kamu mau main Ra?" Jawab Adrian mencoba merubah suasana.
"Iya lah, emang di sini mau nari??!!!" Kembali Ara menjawab dengan ketus.
"Anak sama emak sama aja sepertinya." Gumam Adrian yang jengkel saat kembali menatap Bu Anis yang geli melihatnya.
"Heh!!"
"Apa tadi??!!!" Tanya Tiara galak.
"Apa??" Ucap Adrian dengan bingung.
"Mas tadi bilang apa barusan?!" Gertak Ara lagi.
"Araaaaa..sini!!!!" Sebuah panggilan dari seorang remaja cowok menyelamatkan Adrian dari desakan gadis galak itu.
"Hahahaha.." Bu Anis tertawa riang melihat kegagapan Adrian dihapapan putrinya.
"Biasanya kalau kamu jengkel kan nyium bibir, kenapa tadi kamu tidka berani Rian??" Goda Bu Anis gembira.
Adrian hanya diam menatap tajam Bu Anis yang sedang bergembira, lalu beranjak meninggalkan Bu Anis dan kembali ke rombongannya. Adrian menonton band Tiara. Entah kenapa matanya lekat menatap gadis cantik yang sedang asyik bermain keyboard di atas panggung. Wajahnya agak tegang tapi permainan lincah jarinya di tuts keyboard masih sangat bagus. Matanya tak berkedip menatap ke arah gadis itu dan setiap kali Tiara menatapnya, ia justru berpaling. Akhirnya ia memberanikan diri untuk menatap balik gadis itu dan tersenyum, tapi wajah Tiara justru bersungut-sungut. Ia benar-benar tidak mengerti dengan sikap gadis itu. Setelah satu lagu usai, Adrian kembali keluar hall. Ia tidak mau lagi memperhatikan Tiara, dan hanya mendengarkan musik yang dimainkan band gadis itu dari luar.
Di luar, pepohonan tinggi nan rimbun mengelilingi area panggung budaya itu. Area bekas kebun binatang itu sangat sejuk dan rindang. Adrian berjalan menjauh menuju ke sebuah kolam bekas yang sudah kotor.
"Adrian, mau ke mana?"
Sebuah panggilan menghentikan langkahnya dan membuatnya menoleh. Bu Anis dengan celana jeans ketat biru dongker dipadu kaos ketat putih yang dibalut sweeter lengan panjang krem terlihat begitu menawan. Sudah beberapa minggu atau bulan entah lah dia lupa, tidak bertemu dengan wanita paruh baya yang pernah dibuatnya melenguh dan mendesah penuh kenikmatan. Wanita dewasa yang membuatnya ketagihan bercinta. Toket besarnya menonjol indah dengan pinggang sedikit berlemak. Pinggul dan bokong bulat besar itu selalu menggoda matanya untuk tidak boleh beralih saat menatapnya. Rambut panjangnya tergerai indah menambah ke ayu an Bu Anis.
"Mata mu itu ya, selalu saja penuh kemesuman kalau melihat Ibu." Ucap Bu Anis jengah.
"Ibu selalu terlihat indah." Kata Adrian sambil kembali berjalan dengan Bu Anis di sebelahnya.
"Tapi tadi kamu lihat Tiara di atas panggung sampai segitunya?" Tanya Bu Anis menggoda
"Apa ibu lupa kalau selera saya itu ibu-ibu bahenol seperti ibu??" Adrian menggoda balik.
"Ibu senam dan segala macam hingga gini itu bukan untuk kamu pandangi!" Ketus Bu Anis.
"Saya kan sudah menikmatinya Bu..hehehe." Balas Adrian makin menggoda.
"Ibu kangen masa itu Rian." Ujar Bu Anis pelan sembari menyenderkan tubuhnya di sebuah pohon besar yang rimbun.
"Rian juga." Timpal Adrian yang ikut menyenderkan tubuhnya pohon sampingnya.
"Eh..masa apa sih Bu?" Bisik Adrian pelan mendekatkan tubuhnya.
"Mppphhhh..mmmppphhh...mmppphhh.."
Bu Anis bergerak cepat mencium dan melumat bibir Adrian. Tangannya melingkar di leher dan rambut remaja cungkring itu. Matanya terpejam menikmati aksinya. Adrian pun tanpa sungkan membalas. Tangannya bergerak melingkar di pinggang Bu Anis dan mengelus2 punggungnya. Mereka hanyut dalam ciuman yang dilakukan di tempat umum, walaupun tersembunyi dibalik pepohonan.
"Besok bisa ketemuan nggak Yan?" Kata Bu Anis dengan nafas menderu setelah melepaskan ciumannya.
Adrian tidak menggubris pertanyaan Bu Anis. Gairahnya terlanjur naik akibat serangan bibir Bu Anis. Ia kembali menekan kepala Bu Anis dan melumat bibir merah merekah itu.
"Mmmppphhh..mmmppphhhh..mmmppphhh.."
Tangannya bergerak meremas kedua bongkahan bokong l lapis kain yang membungkusnya.
"Jangan ditandain Rian, nanti orang-orang lihat..ssshhhh..eeehhh.." Larang Bu Anis dibalik gairahnya yang sudah membuncah.
"Yang main keyboard tadi ayu lho ndes!" Sebuah suara yang tidak jauh terdengar,
"Hahaha..kamu naksir jon?!" Suara kedua pun ikut terdengar.
"Nanti aja setelah kita main ajak kenalan ndes." Kata suara ketiga.
"Cuma bilang ayu aja dibilang naksir, kakeane!!" Kata suara pertama dengan kesal.
Ketiga suara itu terdengar semakin mendekat. Bu Anis segera melepaskan diri dari pelukan Adrian dan Adrian dengan panik bergegas membenahi celananya yang sudah menyentuh lantai. Mereka mencoba tenang duduk agak berjauhan di bantalan kolam yang berlumut hijau. Dengan gemetar, Adrian mencoba kembali menyulut rokoknya.
Tiga orang yang berbincang itu akhirnya terlihat, ketiganya remaja seumuran Adrian dengan menenteng dua buah gitar dan satu stick drum lalu duduk dengan cuek di belakang mereka. Terdengar lentingan senar, sepertinya dua orang gitaris itu sedang melakukan stretching atau fingering untuk menghapalkan chord-chord lagu yang akan mereka mainkan.
Bu Anis perlahan bergerak bangkit dan beranjak, tanpa berkata dan melihat Adrian, ia berlalu dari tempat itu. Tak berapa lama Adrian pun menyusulnya.
"Mama dari mana dari tadi Tiara cariin." Tanya Tiara saat ketemu Bu Anis.
"Dari toilet Ra, mama kebelet pipis." Jawab Bu Anis dengan muka merah menahan gairah. Tiara sepertinya tidak memperhatikan mimik wajah ibunya.
"Ara haus Ma, papa ke mana sih?" Tanya Tiara manja.
"Papa mu belum datang Ra, tadi sih katanya mau nyusul." Jawab Bu Anis sambil menyerahkan sebotol air mineral.
"Permainan keyboard mu bagus Ra."
Tiara dan Bu Anis menoleh saat Adrian mendekati mereka.
"Mas aja nggak lihat kok memuji." Ketus Tiara sambil kembali meminum air mineralnya.
"Eh..mas lihat kok tadi." Sanggah Adrian.
"Mas keluar pas lagu pertama, nggak balik lagi hingga lagu kedua selesai." Sahut Tiara galak.
Adrian hanya bisa garuk-garuk kepala dengan sikap Tiara, Bu Anis tersenyum girang menyaksikan adegan kedua remaja itu. Tapi ia pura-pura tidak mendengar debat keduanya sambil berjalan menjauhi mereka.
"Ra, tadi mas keluar itu tetap aja dengerin permainan band mu. Mas keluar karena gerah di dalam." Adrian coba menjelaskan.
"Jadi kapan Mas Adrian mau main ke rumah ku?" Tanya Tiara tiba-tiba.
"Eh..kok jadi main ke rumah mu sih?" Adrian semakin bingung dengan sikap Tiara.
"Ya udah kalau nggak mau main ke rumah Ara. Ara mau pulang." Ujar Tiara dengan bersungut-sungut, lale melangkah pergi meninggalkan Adrian.
"Ra..bentar dulu, mas kaget aja dengan pertanyaan mu tadi. Mas main ke rumah mu mau ngapain??" Tanya Adrian setelah berhasil menyusul Tiara.
"Ngajari Ara main gitar lah, emang mau ngapain lagi?." Tanya Tiara seakan menantang.
"Emmm..iya deh..besok kamu pulang jam berapa Ra?" Tanya Adrian.
"Jam 2, mas mau jemput Ara?" Tiara gantian bertanya.
"Ya kalau Ara mau mas jemput ya nggak apa-apa sih." Ujar Adrian malu-malu.
"Ntar Ara tanya Mama dulu deh." Balas Tiara.
Mereka berdua berjalan dengan wajah yang sama-sama tersipu malu. Mampukah Tiara dengan kepolosannya mampu membuat "Sang Predator" untuk tidak memangsanya?
Setelah masuk kembali ke hall, mereka berpisah dan bergabung dengan rombongannya masing-masing. Mereka kembali menikmati sajian musik aneka genre di parade musik yang digelar tahunan di kota Semarang. Tak sampai usai, rombongan Bu Anis dan Tiara terlihat beranjak dari tempat duduknya. Bu Anis menyuruh mereka keluar terlebih dahulu, dan saat Adrian menengok ke arahnya, Bu Anis melambaikan tangannya agar Adrian menemuinya di luar.
Adrian bergegas menyusul Bu Anis yang berjalan menuju ke toilet.
"Besok pagi kamu ke rumah jam 8. Ibu tunggu, itu syarat agar kamu boleh menjemput Tiara dan mengajarinya bermain gitar." Kata Bu Anis begitu Adrian mendekatinya.
Adrian menolehkan kepalanya ke sana ke mari seakan tidK memperdulikan omongan Bu Anis. Setelah dirasa aman,
"Mppphhh...mmppphhh..mmppphhh.."
Adrian menyerang bibir Bu Anis, mencium dan melumat bibir itu dengan penuh nafsu. Bu Anis yang kaget hanya membalas sebentar lalu mendorong tubuh Adrian sambil tersenyum mesum lalu pergi meninggalkan Adrian yang nafasnya memburu karena nafsu.
ku?" Tanya Tiara tiba-tiba.
"Eh..kok jadi main ke rumah mu sih?" Adrian semakin bingung dengan sikap Tiara.
"Ya udah kalau nggak mau main ke rumah Ara. Ara mau pulang." Ujar Tiara dengan bersungut-sungut, lale melangkah pergi meninggalkan Adrian.
"Ra..bentar dulu, mas kaget aja dengan pertanyaan mu tadi. Mas main ke rumah mu mau ngapain??" Tanya Adrian setelah berhasil menyusul Tiara.
"Ngajari Ara main gitar lah, emang mau ngapain lagi?." Tanya Tiara seakan menantang.
"Emmm..iya deh..besok kamu pulang jam berapa Ra?" Tanya Adrian.
"Jam 2, mas mau jemput Ara?" Tiara gantian bertanya.
"Ya kalau Ara mau mas jemput ya nggak apa-apa sih." Ujar Adrian malu-malu.
"Ntar Ara tanya Mama dulu deh." Balas Tiara.
Mereka berdua berjalan dengan wajah yang sama-sama tersipu malu. Mampukah Tiara dengan kepolosannya mampu membuat "Sang Predator" untuk tidak memangsanya?
Setelah masuk kembali ke hall, mereka berpisah dan bergabung dengan rombongannya masing-masing. Mereka kembali menikmati sajian musik aneka genre di parade musik yang digelar tahunan di kota Semarang. Tak sampai usai, rombongan Bu Anis dan Tiara terlihat beranjak dari tempat duduknya. Bu Anis menyuruh mereka keluar terlebih dahulu, dan saat Adrian menengok ke arahnya, Bu Anis melambaikan tangannya agar Adrian menemuinya di luar.
Adrian bergegas menyusul Bu Anis yang berjalan menuju ke toilet.
"Besok pagi kamu ke rumah jam 8. Ibu tunggu, itu syarat agar kamu boleh menjemput Tiara dan mengajarinya bermain gitar." Kata Bu Anis begitu Adrian mendekatinya.
Adrian menolehkan kepalanya ke sana ke mari seakan tidK memperdulikan omongan Bu Anis. Setelah dirasa aman,
"Mppphhh...mmppphhh..mmppphhh.."
Adrian menyerang bibir Bu Anis, mencium dan melumat bibir itu dengan penuh nafsu. Bu Anis yang kaget hanya membalas sebentar lalu mendorong tubuh Adrian sambil tersenyum mesum lalu pergi meninggalkan Adrian yang nafasnya memburu karena nafsu.
BERSAMBUNG ...