𝐏𝐞𝐭𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐀𝐝𝐫𝐢𝐚𝐧 𝐁𝐚𝐛 𝟑𝟗

 


Terik mentari di siang itu terasa menyengat dan seolah membakar dua pria muda yang sedang membongkar tumpukan karung gula pasir di dalam sebuah mobil box yang sudah lusuh. Seorang di atas menumpuk di ujung box yang terbuka, dan seorang lagi memanggul karung berisi limu puluh kilogram gula itu ke dalam toko sembako lumayan besar di sebuah perumahan yang berada di ujung timur kota semarang.

"Heh..heh..heh..bentar ndes, istirahat dulu, gak ada minumannya." Keluh si kernet box.

"Bu Barokah nggak ngasih minum?" Tanya si supir dari dalam box.

Peluh keduanya menetes tanpa henti dari dahi. Baju keduanya pun basah kuyup dan beraroma keringat yang menyengat.

"Itu ada motor Adrian, dia pasti di dalam." Kata si sopir yang telah keluar dari box nya.

"Mbak, sales yang pakai motor ini di dalam?"
Tanya si kernet ke pegawai toko.

"Iya mas, lagi sama ibu di dalam rumah." Jawab mbak nya.

"Saya ambil aqua gelas dua ya mbak, nanti biar dibayar salesnya." Kata si sopir sambil membuka showcase dan mengambil dua gelas air mineral kemasan itu.

Saat kedua pria muda pengirim lima ton gula pasir di Toko Barokah sedang kehausan dan berpeluh, terjadi hal yang kurang lebih sama di dalam rumah kamar si pemilik toko. Di sebuah kamar yang besar dengan spring bed empuk tampak seorang pria muda yang hanya melepaskan celana panjangnya sedang memberikan siraman gairah kepada seorang wanita separuh baya berusia kurang lebih tiga puluh lima tahun, berperawakan sedang dengan wajah sendu yang menggairahkan.

"Terima kasih ya Yan udah ngirim lima ton gula, bos mu nggak pernah percaya kalau aku order sembako banyak-banyak karena curiga aku tidak bisa membayar tagihannya nanti." Kata wanita paruh baya yang sedang bersimpuh di depan kaki Adrian sambil mengurut lembut si Rocka, julukan baru untuk penis kebanggannya.

"Slurrrppp..sluuurrpp.." wanita itu sepertinya sedang kehausan saat ia dengan semangat mengulum dan menghisap si Rocka.

"Eeeehhh..sssshhhh..enak Bu Bar...oooohhhh
." Adrian melenguh.

"Mmmpppphh..cleegghh..cleeeegghhh.." ibu pemilik toko tampak bergairah dan bersemangat mengoral batang kenyal nan panjang dan besar milik sales belia di hadapannya.

"Oooohhh..." Adrian merengkuh kepala si pemilik toko yang biasa di panggilnya Bu Barokah, karena dia tidak tau nama asli wanita gembul itu.

"Kontol ini bonus kan?" Tanya genit Bu Barokah.

"Asal pembayaran ibu lebih tinggi dari pasaran dan lancar aja." Jawab Adrian dengan senyum binalnya.

"Aku mau berlama-lama dengan mu Yan, tapi takutnya karyawan ku curiga kamu terlalu lama di dalam kamar ku."

"Sluurrpp, cleeegghh..cleeegghh.." Bu Barokah mempercepat servis oralnya. Hisapan dan lumatan pada kontol Adrian makin intens dan kuat, berharap kontol itu segera mengakui kekalahan dan mengeluarkan sperma untuk pelepas dahaganya. Tapi usahanya sia-sia.

"Udah Bu, udah.." Adrian segera menarik penisnya yang masih menegang dan memasukkannya ke dalam celananya.

"Kalau ibu ingin mendapatkan bonus lebih dari kontol ku, kita lakukan lain kali." Kata Adrian sambil merapikan celananya.

"Kapan?" Tanya Bu Barokah seakan menuntut kepastian.

Adrian mendekat, mengangkat dagu wanita itu lalu mengecup lembut bibir merah merekah yang seakan pasrah menerima apapun perlakuan bibir Adrian padanya. Ciuman yang lembut dan lama itu membuat Bu Barokah melayang, ia seakan di cintai oleh lelaki belia yang menawarinya barang2 kebutuhan pokok untuk tokonya.

"Saya ikut jadwalnya Ibu aja sih. Kapan pun Bu Barokah ajak, saya akan siap." Jawab Adrian sambil melangkah keluar dari kamar.

"Sudah selesai bongkarnya pak?" Tanya Adrian saat ia ketemu dua lelaki yang sedang beristirahat di depan toko.

"Udah dari tadi, kami sengaja nungguin kamu keluar karena kami lihat ada motormu." Jawab si sopir dengan tersenyum.

"Kenapa?"
"Uang makan?"

Adrian bertanya menggoda.

"Heheheh"

Mereka berdua kompak ndrenges seperti mengiyakan pertanyaan Adrian.

"Yuk makan lah, mumpung udah jam makan siang. Mana notanya pak?" Kata Adrian sambil meminta invoice pengiriman gula tadi.

"Bu, minta tanda tangannya."
"Sama tolong mereka dikasih uang bongkar sekedarnya lah biar mereka semangat kalau kirim lagi ke sini." Pinta Adrian pada Bu Barokah.

"Iya deh, asal jangan lupa bonusnya." Jawab Bu Barokah dengan wajah penuh nafsu.

"Kapan pun sayang" rayu Adrian.

Setelah mendapatkan tanda tangan dan uang bongkar untuk kedua temannya, Adrian pun berpamitan dan langsung mengajak kedua temannya untuk makan siang bersama.

----------------------

Rumah sederhana itu terletak di sebuah perkampungan yang teratur rapi. Jarak rumah yang tidak terlalu berdekatan terpisah oleh sisa tanah di samping kanan kiri. Adrian mengehentikan motornya di sebuah rumah berpagar BRC yang mengelilingi tanah dan pekarangannya. Tanpa sungkan ia langsung membuka pagar dan memasukkan motornya ke dalam rumah. Rumah milik bulik nya, adik dari ibunya yang beberapa kali membuat jantungnya sering berdebar kencang karena kadang daster yang tersingkap ke atas, atau kancing daster atas yang tidak terkancing semua. Bulik Dasuki beberapa kali membuat nafasnya memburu karena paha mulus yang sering kali dilihatnya serta 2 buah gunung yang membusung yang sering kali mengintip dan menggodanya.

"Bulik..bulik..!!!" Seru Adrian sambil mengetok pintu jati yang masih tertutup.

Siang itu Adrian ingin beristirahat di rumah buliknya yg jarak dengan toko tempatnya bekerja tidak terlalu jauh. Alasan utamanya karena sudah agak lama dia tidak mendapati lagi pemandangan itu setelah ia sibuk bekerja.

"Ada apa Yan??"
"Tumben main siang-siang gini?"
"Gak kerja kamu?"

Bulik Dasuki membuka pintu dengan wajah kesal, sepertinya tidur siangnya terganggu dengan kedatangan keponakannya yang jarang sekali main ke rumah nya kecuali mengantar kakaknya, ibunya Adrian.

"Haus Bulik, panasnya luar biasa" jawab Adrian sambil melangkah masuk.

Ia lalu menjatuhkan dirinya di lantai keramik di depan tv sambil memejamkan mata. Dinginnya lantai keramik mendatangkan kesejukan dan rasa kantuk luar biasa.

"Ngopi??" Tanya Bulik Dasuki yang selalu memakai daster pendek saat di rumah.

Daster-daster pendek wanita berusia 33 tahun itulah yang selalu membuat penis Adrian mengeras tanpa permisi.

"Yes!" Jawab Adrian singkat.

Adrian memicingkan matanya mengintip paha mulus yang berada tepat di atas kepalanya. Tampak kain penutup selangkangan buliknya yg berwarna kuning krem menutupi area terlarang yang seharusnya bukan untuk dipandanginya. Tapi keberuntungan dan rejeki emang bisa berupa apa saja, dan sepertinya rejeki itu menggeliatkan sentral selangkangannya dengan cepat.

"Kesempatan ya, tidur sambil ngintipin cawet nya bulik mu." Kata Bulik Dasuki sambil berlalu ke dapur.

Adrian hanya memejamkan mata pura-pura tidur dengan penis yang menegang dan pikiran mesum yang bergejolak ria di dalam otaknya. Dinginnya lantai keramik tidak mampu mendinginkan birahinya yang mulai menghangat.

"Dah makan belum?" Tanya Bulik Dasuki dari dapur.

"Belum bulik, masak apa?" Tanya Adrian balik.

"Nggak masak, om mu kan luar kota." Jawab buliknya.

"Gitu nanyain." Ujar Adrian dengan sebal.

"Hahaha..kamu itu ke sini bukan mau makanana, tapi mau makan bulik, iya kan?" Kata Bulik Dasuki sambil berjongkok persis di depan kepala Adrian.

"Eh!!!" Seru Adrian pelan saat mendongakkan kepala dan melihat lipatan vagina mulus yang terpampang nyata.

"Bulik sudah tau kartu mu Adrian, hahaha" Bulik Dasuki tertawa sambil duduk mengangkang.

"Kartu apa bulik?" Tanya Adrian penasaran.

"Bulik tau kamu ada affair sama Bu Laksmi, dia bercerita dengan berbisik betapa kuatnya kamu bermain cinta di ranjangnya."

"Bulik juga tau ke mana matamu kalau kamu kesini, selalu ke paha dan tete bulik kan?"

Bulik Dasuki langsung memberikan serangan ke pusat pertahanan Adrian, seolah mengetahui kemana arah pikiran Adrian, dan Adrian pun mati gaya di depan adik ibunya itu.

"Jadi bulik menggoda keponakan sendiri nih?" Jawab Adrian dengan tubuh tengkurap,wajah mendongak dan matanya menatap wajah buliknya dengan lekat.

Kecerdasan Adrian mengalihkan isu patut diacungin jempol. Ketenangannya menghadapi tekanan dan mengalirkan tekanan itu kembali ke si penekan membuat wajah buliknya semakin memerah.

"Menurut begitu Yan?"
"Ini hanya sekedar pembuktian dari gosip Bu Laksmi, walaupun bulik juga sempat curiga dengan kemesuman mu terhadap bulik mu sendiri karena matamu yang selalu jelalatan melihat paha dan tete ADIK IBU MU!" Bulik Dasuki geram dengan ketengilan Adrian.

Semenjak cerita Bu Laksmi beberapa hari lalu saat ia belanja ke sana mengenai skandal sex keponakannya membuat dia seringkali membayangkan sekuat apa dia. Mengingat tubuhnya yang kurus bagaimana mungkin keponakannya itu mempunya ukuran penis yang melebihi orang dewasa dan kekuatan yang mumpuni? Ia menganggap Bu Laksmi sepertinya mengada-ada. Tapi emang beberapa kali ia memergoki celana kolor keponakannya itu mengembang saat ia melirik Adrian yang sedang mengamati paha mulusnya. Ukurannya tidak jelas tp gembungnya terlihat besar. Kadang secara tidak sadar ia sering penasaran dengan ukuran aslinya. Dan sepertinya ini saat yang tepat, hanya sekedar untuk memuaskan rasa penasarannya saja.

Adrian bangun dan berdiri, tanpa berkata-kata ia dengan perlahan membuka zipernya lalu menurunkan resleting dan membuka kancing celana jeans nya.

"Bulik ingin melihat bukti kan??"

"Sekarang akan saya buktikan satu hal dulu sebagai awalan."

Adrian bergerak seperti penari striptease di mata buliknya, ia bergerak perlahan membuka kancing bajunya, membuka dan melepaskan bajunya. Dengan tatapan yang tajam penuh gairah, SANG PREDATOR mengambil alih peran. Senyum binal menggoda tersungging di sudut bibirnya seakan menghipnotis bulik Dasuki. Wanita berusia tiga puluh tiga tahun itu seakan terpana menatap seluruh pergerakan Adrian melucuti pakaiannya dan wajahnya memerah saat menatap senyum penuh nafsu Adrian. Bulik Dasuki memasuki area terlarang yang memungkinkan dirinya akan terperangkap dalam kenikmatan tabu. Kenikmatan yang akan membuatnya enggan keluar dari area itu untuk waktu yang bisa dipastikan berlangsung lama di masa depan.

Adrian berjalan pelan mendekati bulik dasuki yang masih duduk mengangkang di depannya. Hanya berjarak selangkah kaki Adrian yang sudah bertelanjang dada berhenti dan mulai bergerak menurunkan celana jeansnya. Dengan membungkuk, wajahnya tepat berada di depan wajah buliknya yang masih terpesona dengan pemandangan erotis di depannya. Dengan lembut ia mencium kening bulik Dasuki. Setelah celananya lepas dan dibuangnya, ia menurunkan celana dalamnya dan berbisik lembut di telinga wanita cantik yang adalah adik ibunya sendiri.

"Lihatlah kontol Adrian bulik."

Adrian memamerkan penisnya yang berdiri gagah tepat di depan hidung buliknya. Penis yang bergerak-gerak bak ular itu seakan menggoda gairah bulik Dasuki. Penis yang panjang dengan urat yg kekar bak ukiran itu seolah memercikkan api nafsu, kegagahan penis yang tegak dan kencang seakan menjadi minyak yang memperbesar percikan api menjadi kobaran. Wajah bulik Dasuki semakin memerah, gerak bibir yang halus tidak terlihat serta mata yang nanar sayu menandakan api syahwat itu sudah membakar seluruh urat di tubuhnya. Tanpa sadar, tangan bulik Dasuki bergerak pelan memegang penis keponakan mesumnya.

"Besar dan panjang, gagah sekali, Bu Laksmi tidak membohongiku." Bisiknya halus tak terdengar.

Sang Predator hanya tersenyum tanpa bergerak saat melihat mangsanya sudah terperangkap dalam areanya. Kocokan lembut tangan buliknya semakin memperlebar senyum binalnya.

"Bulik, lihat Adrian"

Ucapan Adrian seakan menghipnotis bulik Dasuki yang dengan pelan mendongakkan wajahnya ke atas menatap Adrian, tanpa disadarinya, bulik Dasuki tersenyum genit penuh arti.

"Kontol inilah yang selalu membuat ku melirik paha mulus dan tete indah bulik."

"Luapkanlah kepadanya bulik."

Bulik Dasuki tidak menjawab, ia mendekatkan bibirnya dan mencium kepala penis itu sambil memejamkan mata. Ia mengocok dan mengurut, menempelkan kepala penis itu pada pipinya, hidungnya menghirup aroma mesum di penis itu yang semakin mengobarkan gairahnya. Ia berlaku seolah sedang menghayati perannya sebagai wanita yang sedang memainkan sesuatu yang diidamkannya. Pembuktian ini membuatnya lupa diri dan hanyut dalam kobaran api gairah dan ia tidak ingin keluar dari kobaran itu.

Mulut mungil itu membuka lebar saat kepala penis yang mengkilap memasukinya, lidahnya liar menjilat dan menghisap.

"Buliiiikkkk...aaaaahhhh.." Adrian mendesah pasrah.

Desahan itu membuat mata bulik Dasuki membuka, masih dengan tatatapan genit, ia tersenyum bangga dengan gerakan awalnya.

"Aku akan membuktikan kalau kau hanya seorang anak muda yang lemah Adrian." Batin bulik Dasuki.

Kata batinnya itu membuat mulutnya melumat habis penis kenyal Adrian. Kepalanya bergerak maju mundur diikuti dengan permainan lidahnya yang semakin agresif.

"Oooouuuuhhh..enak banget sepongan bulik
.eeegghhhh.." Adrian mengerang.

Bulik Dasuki semakin bersemangat untuk menaklukkan penis perkasa itu hanya dengan mulutnya. Ia merasa yakin Adrian lebih lemah dari suaminya yang tidak pernah bertahan lebih dari 10 menit kalau ia mengoralnya. Sayangnya, bulik Dasuki tidak mengerti siapa yang dihadapinya. Sang Predator bukanlah anak kemarin sore yang lemah dan kalah hanya oleh oral. Bulik Dasuki agak kaget saat Adrian menahan kepalanya, lalu menggerakkan pinggul mengentot mulutnya. Ini adalah sensasi baru baginya, ia merasa dilecehkan oleh keponakannya tetapi lidahnya malah semakin liar menghisap dan menjilati batang penis yang keluar masuk di mulutnya. Tenggorokannya yang terhantam kepala penis menghasilkan sensasi geli luar biasa. Payudaranya bereaksi, putingnya mengeras, dan di tengah selangkangannya terasa semakin gatal. Ini adalah pengalaman baru yang ia dapatkan dari seorang anak muda yang merupakan keponakannya sendiri. Bulik Dasuki tersedak saat Adrian mementokkan penisnya ke dalam mulut bulik Dasuki lalu menahan kepalanya. Matanya memerah dan ludahnya meluber saat Adrian menarik keluar penisnya.

"Uhuugghh..uhuuugghh.."

"Gila kamu Yan!"

Bulik Dasuki memprotes apa yang dilakukan Adrian padanya barusan.

"Mulut mungil bulik nikmat tiada duanya." Jawab Adrian sambil membungkuk lalu mendongakkan wajah buliknya dan langsung melumat bibir ranum itu.

"Mmmmppphhh..mmmppphhhh.."

Keduanya berciuman dengan liar, bertukar lidah dan ludah sepertia bukan bulik dan keponakan, tapi dua insan yang saling berusaha memadamkan kobaran api yang membakar mereka.

Adrian menarik bahu buliknya hingga mereka sama-sama berdiri. Dengan sedikit dorongan, Adrian memepetkan tubuh buliknya ke belakang lemari buffet. Bibir mereka seakan lengket karena mereka saling menyedot dan menghisap. Dengan gesit Adrian mengangkat daster mini bulik Dasuki yang dibaliknya sudah tidak ada secercak kain apapun, sehingga tete 36D itu terlihat membusung, putingnya terlihat mencuat, dan vagina basah yang dihiasi sedikit rambut.

"Eeegghhhh...sssshhhhh.."

Bulik Dasuki melepaskan bibirnya dari lumatan Adrian dan mendesah perlahan. Matanya terpejam dan wajahnya memiring saat jari tengah kiri Adrian mengusap lembut belahan vaginanya.

"Oooouuuuhhh..Adriaaannn.."

Desahan itu semakin keras saat jari tengah Adrian memasuki lubang kenikmatannya, dan lidah Adrian mempermainkan puting kanannya. Vaginanya semakin basah, seluruh tubuhnya bak kesemutan, terasa geli yang susah dijelaskan dengan kata-kata. Tangannya bergerak memegang penis Adrian dan menariknya agak memaksa, lalu menempelkannya di bibir vaginaya.

"Buktikan kalau ini sekuar cerita Bu Laksmi, anggap aku bukan bulik mu, tapi kekasihmu." Bulik Dasuki memerintah, atau itu sebuah tantangan.

"Kenapa bulik terburu-buru?" Tanya Adrian menatap dengan senyum menggoda.

"Oooouuuuhhhh..buktikan saja Rian." Tantang bulik Dasuki di sela-sela tangannya bergerak menggesek-gesekkan kepala penis itu di celah bibir vaginanya.

Sang Predator bersikap cerdas, ia paham bila ingin membuat buliknya selalu dalam pengaruhnya, ia harus membuktikan kebenaran pengaruh itu, ia harus menaklukkan dan menggiring syahwat sang mangsa dalam dekapannya. Dengan tenang, ia mengangkat kaki kiri buliknya dan menahan dengan lengannya yang menopang di dinding buffet lalu menekan penisnya membelah bibir vagina dan kepala penis itu memasuki gua yang telah becek.

"Sesaaaakkk..adduuuhhh..tekan lagi sayang..eeeenngghhhh.." bulik Dasuki lupa dengan status mereka.

"Apakah kita sekarang sah menjadi sepasang kekasih bulik?" Tanya Adrian menggoda lalu menekan penisnya semakin dalam.

"Uuuugghhhh..Kalau begitu, kenapa kamu masih memanggilku bulik?" Tanya balik buliknya dengan mata sayu.

"Mmmmppphhhh...mmmmppphhh.."

Adrian yang gemas langsung melumat bibir bulik yang sekarang menjadi kekasihnya. Pinggulnya bergerak pelan memaju mundurkan penisnya.

"Ooooouuuuhhhh...sayaaangggg...beri aku lebih daripada bu Laksmi...teruuuusss..."

Bulik Dasuki tanpa sadar menunjukkan kecemburuannya akibaf pengaruh cerita mesum bu Laksmi. Kenikmatan penis keponakan yang sudah dianggap sebagai kekasihnya itu menjadi bukti sahih bahwa kekasih tabunya ini merupakan lelaki perkasa pemuas dahaga syahwat wanita paruh baya.

"Aaaaahhhh..sayaaaaanggg..aduuuuhhhh..."

Bulik Dasuki menjerit perlahan saat vaginanya memuncratkan cairan kenikmatan pertamanya. Hanya dalam waktu tidak lebih dari delapan menit penis perkasa itu mengobok-obok vaginanya. Dan penis itu masih terasa sangat keras di dalam lubanh kenikmatannya. Ia merasa lemas tetapi semangatnya menjadi lugas. Ia mengatur nafasnya yang memburu dengan memejamkan mata, tangannya mencengkeram erat pundak Adrian.

"Aku akan memberi mu lagi dan lagi sayang, sebagai bukti sahnya hubungan kasih kita." Ujar Adrian sambil mencium bibir kekasih tabunya dengan lembut penuh perasaan.

"Aku mau sayang, aku mau, berikan aku keperkasaan mu, lemaskan aku dengan kejantanan mu, buatlah aku selalu menginginkan kontol ini sayang."

Entah apa yang merasuki wanita cantik itu, ia seakan lupa segalanya karena pesona kenikmatan yang barusan didapatkannya. Ia belum pernah melakukan hubungan intim yang semesra ini, bahkan sejak awal berhubungan dengan suaminya. Peduli setan bahwa Adrian adalah anak kakaknya, ia hanya peduli perlakuan lembut dan penuh perasaan dari keponakannya yang mampu membuatnya meraih kenikmatan hakiki.

"Suka doggy sayang?" Bisik Adrian lembut sambil mencium kening buliknya.

"Apapun yang kau minta sayang, aku yakin kamu akan membuat ku melayang." Jawab bulik Dasuki sambil berbalik membelakangi Adrian.

Tanpa basa basi Adrian langsung mengarahkan penisnya lalu mendorong perlahan memasuki lubang kenikmatan itu.

"Eeenngggghhhh..Semakin sesak kontol mu di memek ku yang...geliiiii.." lenguh wanita itu.

Adrian memeluk erat tubuh agak berisi itu, tangannya meremas kedua payudara kenyal dan lembut sambil memilin kedua putingnya, bibirnya menghisap kuat leher mulus kekasih tabunya diikuti gigitan-gigitan kecil.

"Ssssshhhhh..sayaaaaannggg..aku sukaaaa...aaaaaahhhhh.."

Seluruh tubuh bulik Dasuki merinding, kedutan penis di dalam vaginanya menambah sensasi geli di sekujur tubuhnya. Ia mengakui dengan yakin bahwa kenikmatan ini akan dia dapatkan terus selama bersama keponakannya. Dan ia mendongakkan kepalanya hingga mulutnya terbuka saat dengan keras dan kuat Adrian menghentak-hentakkan pinggulnya.

"Oooohhhh...oooohhhh...oooohhhh.."

"Gilaaa..sayaaaanggg...enaaakkkk..aaahhh...aaahhhh.."

Bulik Dasuki meracau.

"Plak..plak..plak..plak..plak.."

"Aduuuuhh...sakit yang..tapiiii..aaaakkhhh..aaakkhhh..lagi sayang..tampar lagi bokong ku..oouuugghhh.."

Kenikmatan bertubi-tubi karena pengalaman baru membuat bulik Dasuki seakan kesetanan. Apapun yang dilakukan Adrian padanya baginya semua menimbulkan kenikmatan. Ia merasakannya, ia membuktikannya, ia tidak akan lagi meragukan kehebatan Adrian dalam memberinya sensasi kenikmatan itu.

Adrian sebenarnya heran dengan vagina buliknya yang masih begitu mencengkeram padahal sudan mengeluarkan dua bayi. Tapi rasanya tidak kalah dengan punya Dini, bahkan ia merasa vagina ini paling enak dientot dibanding dengan ibu-ibu yang sudah ia berikan kepuasan seksual. Ia tidak ingin mempertanyakan ini sekarang karena ia harus berusaha dengan kuat untuk membendung arus kenikmatan yang semakin mendesak di dalam penisnya. Ia harus bisa membuktikan kehebatan dan kejantanannya setelah ia berhasil mendapatkan perasaan buliknya. Ini adalah sesuatu yang sama sekali di luar ekspektasinya.

"Sayaaaanggg...aaakuuuuu...aaaaaaahhhhh...aaaahhhhh..."

Bulik Dasuki hanya bisa menggigit bibirnya saat puncak kenikmatan yang kedua ia raih. Tapi sepertinya ia tidak akan sempat meredakan gelombang kenikmatan itu karena Adrian semakin kuat menghentak-hentakkan pinggulnya. Perih di vaginanya akibat desakan dan gesekan dengan penis Adrian tidak sebanding dengan kegelian yang kembali menjalari sekujur tubuhnya, sebagai wanita berpengalaman, ia tahu Adrian hampir sedang mengejar puncaknya.

"Eeeggghhh..eeegggghhh..eeeggghhhh.."

Adrian mendengus lalu menciumi dan mejilati punggung buliknya yang penuh peluh. Tangannya mencengkeram kuat pinggul bulik Dasuki, dan mempercepat intensitas goyangan penisnya.

"Riaaannn..sayaaannggg..bareng sayang...bareeeenggg...eeeggghhh..eeeghhhh.."

Racauan bulik Dasuki memprovokasi gerakan pinggul Adrian, tangannya berpindah ke pundak bulik Dasuki agar hentakan pinggulnya semakin dalam dan kuat. Tidak butuh waktu lama, pendakian itu pun sampai ke puncaknya.

"Aaaarrrgggghhh..sayaaaaangggg...aaaarrrggghh.." Adrian menggeram.

"Aku keluaaaarrrr...aaaaakkkhhhh.."

Bulik Dasuki menjerit nikmat dan beberapa detik kemudian ia merasakan semburan sperma beberapa kali di dalam vaginanya. Semburan itu menimbulkan sensasi puncak kenikmatannya bertambah. Dan ia sangat menyukainya, ia merasa ketagihan dengan semburan itu.

Adrian menekan tubuh bulik Dasuki hingga menempel di dinding belakang buffet. Adrian mencium mesra pipi bulik Dasuki lalu mereka berdua memejamkan mata menikmati pelepasan dan padamnya kobaran api gairah yang telah membakar mereka.

"Sayang..terima kasih ya udah muasin aku" ujar Adrian sambil mencium bibir buliknya dari belakang.

Bulik Dasuki mendapatkan sensasi kebahagiaan setelah kenikmatan. Ini adalah hal yang sama sekali tidak pernah ia dapatkan dari suaminya. Ucapan penuh terima kasih dan sikap yang mesra setelah bercinta adalah hal baru yang semakin menghanyutkan perasaannya kepada keponakannya yang sekarang sudah resmi menjadi kekasih tabunya. Ia pun membalikkan tubuhnya dan memeluk Adrian, lalu memegang wajah Adrian dengan kedua telapak tangannya.

"Sama-sama sayang, terima kasih juga sudah memberikan aku hal-hal baru yang luar biasa. Jadikan ini rahasia kita berdua sayang, aku sayang kamu sekarang sebagai kekasihku, bukan sebagai keponakan ku."

"Mmmuaachh..mmmppphhh.."

Bulik Dasuki mencium dengan ganas setelah mengungkapkan perasaannya. Dan Adrian membalas ciuman itu dengan tidak kalah ganasnya. Sang Predator tersenyum puas tatkala berhasil menguasai mangsa yang telah lama diincarnya, baginya bulik Dasuki adalah mangsa yang sangat berharga karena ia sangat mengidamkan kenikmatan tubuhnya dan kepasrahan perasaannya.

The Predator eat her alive.

BERSAMBUNG ...



Read More

𝐏𝐞𝐭𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐀𝐝𝐫𝐢𝐚𝐧 𝐁𝐚𝐛 𝟑𝟖

 


Cuaca mendung dan rintik gerimis di luar seolah menjadi faktor pendukung aksi percintan dua remaja yang sedang dilanda birahi. Di sebuah kamar yang tidak terlalu besar, tampak pernak pernik yang menandakan bahwa itu adalah kamar seorang gadis remaja yang sedang beranjak dewasa.


"Mmmmppphhh..sllurrrppp.."

Lumatan, sedotan dan jilatan kedua bibir yang sedang menyatu terlihat begitu sensual. Si gadis yang menempel di tembok tampak kewalahan dengan serangan bibir dan belaian tangan si perjaka yang begitu lihai dalam melakukan strategi penyerangannya.

Si gadis hanya bisa memejamkan mata dan mendongak sambil membuka mulutny a tanpa bersuara saat lidah dan bibir yang kasar menjilat dan menciumi lehernya.

"Eeeehhhhh..."

Hanya lenguhan kecil yang bisa dia suarakan saat jemari si perjaka lincah menjamah bokong lalu meremasnya kuat. Kulit lehernya yang putih memerah setelah dihajar oleh cumbuan bibir si pejantan muda. Kedua sejoli bertelanjang bulat tanpa peduli semilir angin yang semakin dingin menusuk kulit. Keduanya saling menatap tajam saat aktivitas pemanasan itu jeda sejenak. Deru nafas yang memburu dari si gadis menandakan kobaran syahwat semakin membesar.

Adrian, si pejantan muda itu menatap tajam wajah cantik nan horny ala Dini si gadis yang adalah sahabat kekasihnya, Tiara. Keduanya tersenyum kecil dengan gairah saat kedua bibir mereka kembali berpaut dan berpagutan dengan ganas. Suara kecipak dari pertukaran ludah menjadi satu-satunya suara dari balik tembok kamar itu. Lenguhan dua remaja beda kelamin itu menjadi penanda aktivitas seksual yang sempat terhenti kembali bergejolak.

Tangan Adrian merengkuh dan meremas lembut tapi kuat pada kedua payudara Dini, tangan Dini memegang dan membelai lembut penis Adrian yang sudah mengeras. Sepasang mata tampak mengintai dibalik pintu kamar, hanya sejenak lalu menghilang.

"Eeenngghhhhh.."

Lenguhan sensual Dini kembali terdengar saat lidah kasar Adrian menggeliat di puting kanan Dini yang mencuat. Lentingan otomastis membuat tangan Dini terlepas dari pegangannya di penis Adrian. Rasa geli yang mendera pada puting kanannya terasa begitu nikmat. Jilatan lidah Adrian yang kedua pada puting kirinya membuat aliran gairah seakan berkumpul di antara selangkangannya, yang membuat vaginanya berkedut dan mengeluarkan cairan kenikmatan.

"Oouuugghhh.."

Cairan itu semakin membanjir tatkala jari tengah Adrian membelai membelah bibir vaginanya. Jari tengah itu secara statis memberi stimulan pada klitorisnya sehingga membuat kepalanya semakin mendongak dan mulutnya ternganga dengan mata yang terpejam berkerut seakan ingin menahan rasa geli-geli nikmat di area kewanitaannya.

"Ssssshhiiiitttt...aaaaahhhh.."

Desahan Dini mulai terdengar membahana seiring sedotan kuat mulut Adrian pada kedua putingnya bergantian dan jari tengahnya memberi kocokan lembut yang intens di lubang kenikmatannya. Sebuah sikap gentleman pejantan muda yang membuatnya jatuh cinta dan lupa diri.
Adrian bekerja dengan cermat dan senyap. Tidak ada satupun kata yang terucap saat bibir dan jari tengahnya memberikan stimulus-stimulus pada titik-titik sensitif Dini. Bibirnya bergerak turun ke perut hingga dia berjongkok diantara selangkangan Dini setelah jari tengahnya ia keluarkan dari vagina yang telah dibanjiri cairan surgawi. Deru nafas Dini yang menggebu karena rasa geli pada sekujur tubuhnya membuatnya seakan hanya bisa pasrah menerima luapan kenikmatan dari Adrian.

"Aaaaahhhhh..aaauuugghhh.."

Lenguh dan desah membuncah saat lidah Adrian menyusuri vagina dan klitoris Dini. Dini hanya bisa berdiri mengangkang dengan kaki bergetar saat lidah itu memasuki lubang surgawinya. Gelombang kenikmatan itu perlahan semakin tak terbendung akibat kelihaian gerak lidah Adrian di dalam vaginanya.

"Fuuuuccckkkkk...maaaassssss...aaaaaahhh.."

Desahan keras itu menjadi penanda akhir dari gelombang gairah yang berderu di antara selangkangannya. Cairan kenikmatan itu mengalir diantara kedua paha dalamnya. Dengan kedua telapak tangan dan punggung menempel di tembok dan kaki yang gemeteran, Dini berusaha sekuat tenaga untuk tidak jatuh bersimpuh akibat ledakan orgasme yang baru saja diraihnya. Nafasnya kian memburu, matanya terbelalak seakan tidak percaya dengan kenikmatan luar biasa yang baru saja diraihnya akibat kenalan lidah dan mulut Adrian pada vaginanya.

Adrian bangkit dari jongkok, sambil tersenyum, ia menatap binal gadis cantik yang mengisi hatinya setelah Tiara. Dini memejamkan mata untuk meredakan gemetar di sekujur tubuhnya. Dengan sisa kekuatannya, tanpa berkata-kata, ia mendorong Adrian jatuh ke ranjang dan menungging sambil memegang penis yang telah menjulang dengan gagahnya. Adrian terduduk diam untuk menikmati lembutnya telapak tangan Dini yang sedang memberikan sentuhan terbaik pada penisnya.

"Ssssshhhhh.."

Adrian mendesis saat bibir Dini mengecup kepala penisnya dan menjilati ujungnya. Kedua tangan Dini bertopang di kanan kiri kedua paha Adrian saat ia mulai melancarkan aksi balasannya. Matanya menatap tajam penuh gairah saat mulutnya membuka lalu menurun dan melahap penis keras Adrian. Sedikit hisapan saat ia menarik kepalanya agar penis itu terbebas dari mulutnya. Kepalanya berlenggak lenggok karena lidahnya menjilat menyusuri batang penis yang kaku tapi kenyal itu. Bahkan kedua biji peler itu pun tidak lepas dari hisapan mulut dan permainan nakal lidahnya.

"Eeeeeggghhh..sssshhhhiiittt.."

Adrian memejamkan mata dan mendesah saat mulut Dini mengeluar masukkan penisnya. Hisapan dan jilatan lidah Dini saat proses oral itu berlangsung membuat Adrian hanya bisa menopangkan badan pada kedua tangannya di atas kasur dengan kepala mendongak ke atas. Mulut tipis itu ternyata lihai untuk membangkitkan gelombang listrik pada tubuhnya.

"Diiiiiinnnnn..eeegghhhhh.."

Adrian hanya bisa melenguh karena pembalasan Dini tak kalah nikmatnya. Kemampuan kontrol diri sang predator harus diakui. Walaupun dengan susah payah untuk menahan agar spermanya tidak menyembur. Akhirnya, Dini lah yang menyerah, pembalasan mulutnya tidak membuahkan hasil sesuai perkiraannya. Tapi ia punya cara lain yang sepertinya lebih mumpuni. Ia dorong tubuh Adrian hingga jatuh telentang di atas kasur, lalu ia berbalik membelakangi Adrian, memegang penis keras itu lalu menurunkan pantatnya.

"Besaaaarrrr...oooouuuuhhhh..ssshhhhhh.."

Vaginanya melahap perlahan penis Adrian hingga setengahnya. Ia berdiam diri sejenak merasakan sumbatan pada lubang surgawinya. Lalu bergerak perlahan menaik turunkan pantatnya sehingga menimbulkan gesekan yang membuat rasa geli kembali menerpa tubuhnya.

"Uuuhhhh..uuugghhh...uugghhhh.."

Lambat laun penis Adrian tertelan penuh hingga ke pangkalnya. Gerakan konstan pantat Dini membuat vaginanya semakin becek hingga memudahkan penis besar itu tertelan. Desahan dan lenguhan kembali membahana. Derit ranjang dan kasur yang terguncang akibat pergerakan dua kelamin itu ikut memeriahkan aktivitas sosial di kamar berwarna biru laut itu.

"Eeeggghhh...eeeggghhh..ffffuuuucckkk.."

Adrian setengah mati menahan desiran nikmat pada ujung penisnya. Dini tak menyerah, kali ini ia melepaskan jepitan vaginanya dan membalikkan tubuh menghadap ke tubuh Adrian yang telentang dengan senyum binal menantang tanpa sepatah katapun terucap.

"Aaauuughhh...sssshhhhh.."

Dini kembali mendesah saat vaginanya kembali menelan penis Adrian. Kali ini ia duduk berjongkok di sisi ranjang dengan penis Adrian di bawahnya.

"Sudah jadian sama Ara ya mas?" Tanya Dini sambil memutar pantatnya.

"Ooouuhhhhh..keras dan kenyal banget..aaaahhh.." Dini memejamkan mata menikmati gesekan yang menggelitik sisi dalam vaginanya.

"Tiara tadi cerita di kelas." Lanjut Dini tanpa menghentikan putaran pantat dan empotan vaginanya.

"Ssshhhiiiittt..aaaaahhhh..."Keduanya melenguh dan mendesis.

Adrian diam memejamkan mata, konsentrasinya saat ini hanya ingin bertahan agar spermanya tidak jebol memuncrat karena putaran pantat Dini ibarat putaran bukaan kran air. Penisnya terasa berkedut akibat puntiran dan remasan vagina Dini.

"Aku cemburu maaaasshhhh...ooouuuhhhhh.."

Pantat Dini bergerak memutar,bergoyang,bergerak naik turun,vaginanya ikut mengempot menghisap penis keras yang ternyata sanggup bertahan cukup lama untuk membuat gelombang orgasme hampir menerpanya lagi.

Adrian mengangkat kedua kakinya dan menopangkannya di sisi ranjang diantara kedua kaki Dini setelah ia bergerak mundur perlahan saat pantat dan vagina Dini menghajar nikmat penisnya. Setelah ia merasa mendapatkan pijakan yang pas, ia pun ikut menaik turunkan pinggulnya.

"Oooouuuhh...maaaasss..kontol mu....aaaahhhh.."

Dini meracau dan mendesah karena gerakan pinggul Adrian mengakibatkan gesekan kelamin mereka semakin kuat dan dalam. Klitorisnya seakan membengkak dan vaginanya terasa sangat gatal.

"Eeeggghhh..eeeggghhh..eeeggghhh.."

Adrian semakin intens dan kuat menghentak-hentakkan pinggulnya. Ia mencoba mengikuti irama goyangan pantat Dini dengan hentakan pinggulnya. Akibatnya sungguh dahsyat, bendungan di lubang penisnya hampir jebol.

"Oooouuuhhh..maaaasss...geliiii..enaaakkk..aaahhh..aaaahhh.."

"Eeeegghhh..eeeggghhh..eeeggghhh.."

Erangan Dini semakin membakar gairah di sekujur tubuh Adrian. Suara kecipak perpaduan penis dan vagina disertai keceplok beradunya kedua paha mereka menandakan gelombang tingi syahwat sudah hampir mencapai tujuan akhir.

"Maaaassss...aaaaaaahhhh..aaaaahhhh.."

Badan Dini menggelepar dan menggigil saat orgasme yang ditahan-tahan akhirnya meledak.

"Aaaaarrrggghh...aaaaaahhhhh.."

Semburan pejuh Adrian mencapai punggung dan membanjiri pinggul hingga pantat Dini saat ia dengan sigap melepaskan penisnya dari vagina Dini. Ejakulasinya kali ini mengeluarkan banyak sekali sperma. He's fell in love with this girl.

Tubuh Dini menggelepar di atas dada Adrian. Dengan ciuman mesra di kening Dini, Adrian seakan sedang mencurahkan perasaan cintanya kepada sahabat pacarnya itu. Ia menyadari kalau ia mencintai Dini dan juga Tiara, tapi dengan dua perasaan cinta yang berbeda yang akan sulit untuk dia jelaskan ke siapapun juga soal perbedaan itu. Saat ini dia benar-benar melakukan sex dengan perasaan bahagia dan bangga.

"Maafkan aku Din." Bisik Adrian lembut sambil mencium telinga gadis cantik yang sedang menindihnya.

"Aku mencintai kalian." Adrian kembali berbisik.

Dini hanya memejamkan mata, mencoba mengatur kembali nafasnya yang ngos-ngosan. Dalam hatinya timbul rasa bahagia dengan pernyataan Adrian barusan. Ia tau kalau Tiara lah yang lebih berhak atas cinta Adrian, tapi ia ingin memiliki Adrian dengan cara lain. Ia yakin Adrian juga mencintainya dengan cara ini. Dan ia akan lebih sering bertanya dan belajar soal memuaskan kekasih dari ibunya.

Kedua remaja yang sedang sibuk meredakan gelombang syahwat seakan lupa dengan sesosok wanita paruh baya yang sejak tadi mendengarkan desahan dan lenguhan kenikmatan mereka dari balik tembok. Bu Laila, ibu Dini hanya bisa bermasturbasi sambil duduk telentang di lantai karena ia tidak ingin menganggu momen mesra anak semata wayangnya. Ia sudah mengetahui perasaan Dini kepada Adrian, remaja yang telah membuatnya selalu merasa horny karena kelihaiannya bermain cinta. Ia tidak menyalahkan Dini yang mencintai remaja kurus yang merupakan pacar sahabatnya sendiri, Tiara. Bu Laila dan Dini sepakat untuk belajar memberikan cinta mereka kepada Adrian dengan cara yang tidak akan mungkin dilakukan oleh Tiara. Memberikan sex terbaik bagi Adrian adalah cara yang dianggap mumpuni untuk membuat Adrian juga mecintai putrinya, dan juga memuaskan dirinya sendiri.

Selalu ada motif untuk ikut mendapatakan keuntungan bagi diri sendiri dibalik perbuatan baik yang dilakukan. Selalu akan ada pamrih dalam setiap perbuatan untuk menyembunyikan perbuatan salah yang terlanjur diketahui oleh anaknya. Dan ia merasa beruntung karena nafsu seksual anaknya menurun dari dirinya, sama-sama bernafsu besar. Apalagi saat ini mereka berhasil menemukan sesosok pria remaja yang sangat mumpuni untuk mengatasi nafsu seksualnya dan Dini.

Apakah mereka tidak merasa takut andai Tiara mengetahui perbuatan mereka?. Tentu saja, mereka juga menyadari bahwa bau busuk bangkai akan selalu terendus serapi apapun dibungkusnya. Bu Laila dan Dini sepakat untuk selalu berhati-hati dan waspada saat berhubungan dengan Adrian, mereka tidak akan melakukan hubungan dengan Adrian secara nekat,terburu-buru dan lalai. Mereka harus bermain dengan rapi.

Bu Laila pun duduk telentang terengah-engah setelah berhasil mencapai orgasme dengan jari lentiknya. Matanya terpejam dan tubuhnya serasa layu tanpa tenaga.

BERSAMBUNG ...



Read More

𝐏𝐞𝐭𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐀𝐝𝐫𝐢𝐚𝐧 𝐁𝐚𝐛 𝟑𝟕

Sitting here wasted and wounded

At this old piano
Trying hard to capture
The moment this morning I don't know


'Cause a bottle of Vodka's still lodged in my head
And some blonde gave me nightmares
Think that she's still in my bed
As I dream about movies
They won't make of me when I'm dead


With an ironclad fist
I wake up and french kiss the morning
While some marching band keeps its own beat in my head
While we're talking


About all of the things that I long to believe
About love, the truth, what you mean to me
And the truth is
Baby you're all that I need


I want to lay you down in a bed of roses
For tonight I'll sleep on a bed of nails
Oh I want to be just as close as the Holy Ghost is
And lay you down on a bed of roses


Well I'm so far away
Each step that I take is on my way home
A king's ransom in dimes, I'd give each night
To see through this payphone


Still I run out of time
Or it's hard to get through
Till the bird on the wire flies me back to you
I'll just close my eyes and whisper
"Baby, blind love is true"


I want to lay you down in a bed of roses
For tonight I'll sleep on a bed of nails
Oh I want to be just as close as the Holy Ghost is
And lay you down on a bed of roses


Well this hotel bar's hangover whiskey's gone dry
The barkeeper's wig's crooked
And she's giving me the eye
Well I might have said yeah
But I laughed so hard I think I died
Ooh yeah


Now as you close your eyes
Know I'll be thinking about you
While my mistress she calls me
To stand in her spotlight again


Tonight I won't be alone
But you know that don't mean I'm not lonely
I've got nothing to prove
For it's you that I'd die to defend


I want to lay you down in a bed of roses
For tonight I'll sleep on a bed of nails
I want to be just as close as the Holy Ghost is
And lay you down


Suara bas nan berat dari seorang remaja yang terdengar sumbang di nada tinggi dari band Bon Jovi membuat suasana ruang keluarga menjadi cerah. Diiringi denting keyboard yang berasal dari jari lentik seorang gadis muda yang sesekali tersenyum geli mendengar kesumbangan suara pria muda di sampingnya yang juga memainkan gitar untuk mengiringi nyanyiannya. Mereka berdua terlihat begitu santai dan bergembira menikmati sabtu sore itu.

Adrian sengaja bertandang ke rumah gadis pujaan hatinya setelah beberapa waktu tidak sempat bertemu karena kesibukannya bekerja. Bukan lagu yang pas untuk dimainkan sebagai penghantar rindu memang, tapi ada rindu lain Adrian kepada wanita paruh baya yang juga tinggal di rumah itu. Matanya seringkali melirik ke arah bokong bahenol seorang ibu yang sedang menyibukkan dirinya di dapur yang dengan mudah diakses dari ruang keluarga. Dan wanita paruh baya itu bukannya tidak tau apa arti lagu yang dinyanyikan Adrian, beliau hanya tersenyum kecil dan sesekali melirik genit sambil memainkan lidahnya kepada pacar anaknya.

"Fals..fals..telinga ku jadi bengkak dengar nada tinggi yang sumbang begitu." Goda Bu Anis sambil tertawa.

"Harusnya jangan ambil nada D Mayor mas, suara bas mu nggak nyampai pas reffrain." Timpal Tiara dengan senyum geli.

"Ganti lagu ajalah." Ujar Adrian sewot.

Tiara makin geli melihat kesewotan Adrian. Tak lama terdengar deru suara mobil memasuki garasi. Adrian pun melangkah ke luar untuk menyambut sang pengendara mobil.

"Sugeng sonten pak." Sapa Adrian yang berdiri di pintu sambil menyalami Pak Endar, bapaknya Tiara.

"Adrian, lama kamu gak main ke sini." Balas Pak Endar lalu melepas sepatu dan masuk ke rumah diikuti Adrian.

"Kalian lagi latihan?" Tanya si bapak sambil menghampiri Tiara yang langsung mencium tangannya.

"Tuh Adrian latihan nyanyi, suaranya rendah tapi maksaain nada tinggi, bikin sakit telinga, hahaha." Sahut Bu Anis sambil masak.

"Ayolah, Papa juga mau ikutan nyanyi." Ujar Pak Endar gembira.

"Iihhh..papa bersih-bersih dulu lah." Protes Tiara.

"Nanti aja sekalian selesai mama masak, jadi habis mandi sekalian makan." Elak sang bapak sambil mendaratkan bokongnya di sofa empuk di depan tv.

Suasana rumah itu menjadi semakin ceria. Pak Endar bernyanyi diiringi dentingan keyboard dan petikan gitar dua remaja yang seakan kompak menyenangkan hati sang bapak. Suara merdu Pak Endar yang kadang juga dibarengi dengan suara sopran Bu Anis menjadikan beberapa lagu jadul barat maupun lokal terdengar enak dinikmati.

"Sudah, Papa mau mandi dulu." Pak Endar pun bangkit dengan senyum cerah sambil bersiul menuju ke kamar.

"Aku ngrokok dulu di luar ya Ra." Pamit Adrian.

"Ngrokok teruuusss.." Jawab Tiara jengkel.

"Kan udah kerja Ra." Balas Adrian sambil cengengesan dan melangkah menuju gazebo.

"Mandi dulu sana Ra." Perintah Bu Anis sambil menyiapkan makanan di meja makan.

Tiara pun berlalu mengambil handuk dan pakaian lalu memasuki kamar mandi. Setelah makanan tersaji di meja makan, Bu Anis pun keluar menyusul Adrian ke gazebo sambil membawa secangkir kopi. Dengan hanya mengenakan daster tanpa lengan putih bermotif bunga ia menghampiri Adrian yang asyik menikmati rokoknya.

"Merokok tanpa kopi hambar sayang." Kata Bu Anis manja lalu meletakkan cangkir berisi kopi itu di sebelah Adrian.

"Mmuuaaacchhh"

Tanpa berkata apapun, Adrian merengkuh kepala Bu Anis dan mencium bibir tipis menggoda itu dengan lembut. Bu Anis yang tadinya terbelalak akhirnya memejamkan mata dan membalas ciuman mesra Adrian. Adrian duduk di gazebo, dan Bu Anis berdiri di antara kedua kakinya yang terjuntai.

"Ke sini tanpa mencicipi bibir manis ini rasanya hambar sayang." Goda Adrian sambil tersenyum.

"Daster ini mengingatkan saya pertama kali datang ke rumah ini dan ngentot ibu di setiap sudur rumah sepanjang pagi hingga siang." Kata Adrian lagi sambil mengusap kedua paha mulus Bu Anis hingga meremas bokong bahenolnya dari dalam daster.

"Ibu merindukan sang predator yang telah memangsa ku di kandang ku sendiri." Balas Bu Anis sambil menurunkan resleting dan kaitan celana jeans Adrian. Tangannya pun bergerak cepat menarik celana dalamnya dan mengeluarkan penis yang masih setengah sadar.

"Sssshhhh..kangen memek ku dimangsa kontol perkasa ini..eeeemmmhhh.."

Bu Anis mengelus dan mulai mengocok lembut penis ditangannya. Wajahnya mulai memerah karena gairah. Matanya pun sayu karena nafsu yang mulai menggebu. Adrian menarik tangan Bu Anis dari penisnya lalu membenahi celananya.

"Senin siang saya ke sini, atau ibu punya ide untuk ke tempat lain?" Tanya Adrian menggoda.

"Kamu ke sini dulu saja, baru nanti kita ikuti syahwat bakalan menuntun kita ke mana."

"Muuaaaaaccchh..muuaaacchhh.."

Bu Anis yang kecewa langsunh menarik kepala Adrian dan mencium bibir remaja itu dengan bernafsu. Ia seakan lupa situasi dan kondisi saat itu seperti apa. Adrian yang masih tenang membalas ciuman itu secukupnya lalu melepaskan belitan lidah Bu Anis.

"Andai saja rumah ini sepi." Ucap Adrian dengan mengambil cangkir lalu menyeruput kopi yang masih panas dengan tersenyum.

Bu Anis memejamkan mata untuk meredakan gelora birahi yang menyelimutinya. Setelah menarik nafas panjang beberapa kali, ia pun membalikkan badan dan melangkah masuk ke dalam rumah. Adrian memandangi tubuh indah dan putih mulus yang terbalut daster itu dari belakang sambil merokok dengan cepat. Cara efektif baginya melenyapkan gairahnya yang hampir saja mencengkeram dirinya.

"Mas, di ajak makan." Ajak Tiara yang datang menghampirinya.

"Yang habis mandi, wanginya semerbak bak bunga seroja." Goda Adrian sambil tersenyum.

"Gombal!!" Balas Tiara singkat sambil tersenyum lebar.

Wanita selalu bersuka ria saat mendengar pujian akan kelebihan dirinya walaupun kata-kata yang keluar dari mulutnya bisa saja bertentangan dengan perasaannya. Dan itu adalah hal yang lumrah karena ia tidak ingin dianggap rendah dan murah. Dan lelaki akan selalu mengucapkan kata-kata manis dan indah agar bisa mendapatkan wanita yang menarik baginya.

Mereka berdua melangkah beriringan memasuki rumah, di meja makan telah menunggu Pak Endar dan Bu Anis. Adrian agak canggung sebenernya, karena ini pertama kali ia ketemu dengan suami Bu Anis dan bapaknya Tiara. Tapi sikap yang ramah dan supel dari Pak Endar mampu mengikis kesungkanan Adrian sehingga ia bisa menikmati makanan dengan lahap.

"Lumayan kan, tidak perlu belikan Tiara makan nanti kalau jalan keluar." Kata Pak Endar sambil tertawa.

"Apa sih pa, orang Mas Adrian nggak ngajak Tiara jalan kok." Sahut Tiara agak sewot.

"Eh, ini malam minggu lho, masak cowok ngapeli cewek nggak diajakin jalan?" Bu Anis menimpali sambil pura-pura kaget.

"Kalian belum pacaran ya?" Tanya Bu Anis sambil memandangi keduanya bergantian.

"Kamu belum nembak Tiara?" Pak Endar menambahi pertanyaan dengan memandang Adrian yang cengas-cenges malu.

"Udah pa, tapi Tiara belum beri jawaban pasti." Jawab Tiara malu-malu.

"Eeehhh??!!!" Kedua orang tua Tiara terkaget mendengar jawaban Tiara.

"Kan Papa pesannya nggak boleh pacaran dulu sebelum selesai ujian." Ujar Tiara polos.

"Ini kan udah selesai ujiannya Ra." Sahut Bu Anis.

"Hahaha..udahlah Ma, itu urusan mereka berdua. Papa kenyang." Pak Endar tertawa geli dengan kepolosan Tiara.

Adrian hanya mendengarkan dengan dada yang berdegup kencang. Banyak pertanyaan di dalam hatinya.
"Pantaskah aku pacaran dengan Tiara?"
"Bagaimana kalau Tiara tau hubungan seksualku dengan ibunya saat nanti kami berpacaran?"
"Bagaimana kalau Tiara tau tentang hubungan ku dengan Dini dan ibunya?
"Sampai kapan aku bisa menjaga segala perbuatan mesum ku di belakangnya?"
"Aku menyayangi Tiara dan mencintainya, tapi aku tidak mampu menjaga sisi lain dari diriku saat tidak bersamanya. Apakah Tiara sanggup pula menerima sisi gelap yang sering kali mencengkeramku?".

"Kalau mau jalan, jangan pulang malam-malam ya Rian." Pesan Pak Endar mengagetkan Adrian yang sedang termenung di meja makan.

"Hayoooo..ngalamunin apa kamu??" Tanya Bu Anis dengan senyum menggoda.

"Mas Adrian malu ma, papa dan mama godain mulu dari tadi." Ujar Tiara membela Adrian.

"Tuh Ma, Tiara udah berani belain cowoknya, hahaha." Timpal Pak Endar tertawa sambil berpindah ke sofa dan menyalakan televisi.

Bu Anis pun ikut tertawa lalu bangkit dan memberesi meja makan dibantu Tiara dan Adrian. Mata Bu Anis sering kali melirik ke arah Adrian. Entah apa yang ada dipikiran Bu Anis dengan membiarkan anaknya menjalin hubungan asmara dengan Sang Predator. Ia hanya percaya Adrian tidak akan berbuat macam-macam terhadap anak gadisnya, karena ia tahu Adrian hanya bernafsu besar dengan wanita-wanita paruh baya seperti dirinya. Dan saat ini pun dia sedang horny karena foreplay yang singkat di gazebo tadi. Untunglah suaminya di rumah. Walaupun kekuatan penis dan fisiknya suami nya kalah dengan sang predator, tapi setidaknya bisa melampiaskan nafsu yang menggebu.

"Kalian mau jalan jam berapa?" Tanya Bu Anis sambil mulai mencuci piring.

"Ini mau jalan kok Bu." Jawab Adrian dengan senyum malu-malu melirik ke arah Tiara.

"Iya Ma, Tiara ijin jalan dulu." Pamit Tiara dan memberi kode Adrian untuk berpamitan.

"Kami jalan dulu Bu." Pamit Adrian.

"Hati-hati." Jawab singkat Bu Anis tanpa menoleh ke arah mereka. Ia takut ketahuan Adrian kalau ia masih horny.

"Kami jalan dulu pak." Pamit Adrian sambil mencium tangan Pak Endar, diikuti oleh Tiara yang mengekornya.

Setelah mendengar pagar depan ditutup, Bu Anis pun menyelesaikan cuciannya lalu menghampiri suaminya yang sedang duduk santai menonton televisi.

"Paaahhh.."
"Muuaaachhh..mmmppphhh.."

Bu Anis langsung melancarkan aksi untuk menuntaskan syahwatnya bersama Pak Endar.

------------------

Lapangan di tengah kota itu sangat ramai. Berbagai arena permainan di jajakan di trotoar maupun di dalam lapangan. Bahkan permainan judi puji dijajakan dengan terbuka. Catur tiga langkah dan dadu memakai batok kelapa pun tersaji bebas tanpa takut-takut. Dua sejoli yang sedang duduk beralaskan koran tampak ceria ditengah kerumunan banyak orang. Pasangan-pasangan maupun keluarga terlihat bergembira di tengah cuaca cerah senja itu. Pedagang kaki lima berbagai makanan mengelilingi lapangan menambah semarak dan menebarkan semerbak harum aroma masakan mereka. Pedagan asongan pun turut menjajakan rokok, permen dan minuman kaleng maupun botol kepada para pengunjung di Lapangan Pancasila.

"Udah dibolehin kan sama papa mu?" Tanya Adrian saat mereka duduk berdempetan di bawah pohong beringin kecil di sudut lapangan.

"Emm..Mas Rian yakin mau pacaran sama Ara?" Tiara bertanya tanpa menjawab pertanyaan Adrian.

"Ada rasa nyaman dan merasa terkendali saat berdekatan dengan mu Ra." Jawab Adrian yang duduk bersila.

"Terkendali? Dari apa mas?" Tanya Tiara bingung menatap wajah manis pria yang membuatnya selalu tersipu saat ia menatapnya.

"Dari kebengalan dan kenakalan ku Ra." Jawab Adrian menatap balik Tiara. Tiara tersipu malu dan menundukkan muka.

"Maklumlah..Rocker." gumam Tiara.

"Apa Ra?" Tanya Adrian

"Nggak apa-apa mas." Jawab Tiara dengan senyum manis.

"Ish..jangan senyum gitu dong Ra." Tukas Adrian manyun.

"Kenapa emangnya mas?" Tanya Tiara.

"Aku nggak mau makin jatuh cinta pada gadis yang belum tentu jadi pacarku." Ketus Adrian pura-pura.

"Emang kapan aku menolak Mas Adrian?" Tiara bertanya sengit.

"Nggak menolak, tapi juga nggak menerima." Jawab Adrian.

Tiara menyendekan kepalanya di bahu Adrian dan memejamkan mata. Adrian pun diam tidak melakukan atau puj berbicara apapun. Detak jantungnya meningkat seperti saat ia bernafsu dengan para wanita yang selama ini bercinta dengannya. Tapi ada rasa lain, rasa nyaman dan sejuk di hatinya. Rasa yang begitu tenang dan damai saat ia pun memejamkan mata. Tangannya bergerak otomatis mengusap rambut gadis manis yang beberapa hari ia rindukan. Gadis yang membuatnya ingin ditemuinya tapi terhalang oleh situasi ujian akhir yang sedang ditempuh Tiara. Beginikah rasanya berpacaran?

"Tiara, tidurkah?" Tanya Adrian sambil mengusap bahu gadis remaja itu.

"Enak senderan di bahu Mas Adrian gini, rasanya damai dan nyaman, hehe." Jawab Tiara dengan senyum tersungging tapi maya masih terpejam.

"Sama, aku juga merasa damai dan nyaman saat disenderin gini, tapi lama-lama capek juga sih, hahaha." Balas Adrian gembira.

"Biarin, pacar Ara harus kuat dong." Sahut Tiara.

"Heh..kita pacaran?" Tanya Adrian terkejut.

"Kalau gak mau ya udah." Ketus Tiara sambil mengangkat kepalanya dari bahu Adrian.

"Eeehhh..jangan.." Adrian segera merengkuh kepala Tiara dengan mesra dan meletakkan kembali di bahunya.

"Bahu ini hanya boleh disandari oleh satu kepala, kepala Tiara." Kata Adrian dengan serius.

"Hmmm." Tiara hanya bergumam dan kembali memejamkan mata.

Rasa takut kembali mendera Adrian. Bukan nafsunya kepada Tiara yang ia takutkan. Tapi bayangan Tiara memergokinya sedang berbuat mesum dengan Bu Anis dan Dini membuat jantungnya kembali berdetak dengan cepat. Hal inilah yang sebenarnya menjadi sebuah keraguan atau keminderannya untuk menjalin asmara bersama Tiara.

"Deg-degan nya kenceng banget Mas?" Tanya Tiara kaget.

"Eh..ng..nggak apa-apa kok Ra, aku senang akhirnya bisa mendapatkan mu sebagai pacar ku." Jawab Adrian tergagap.

"Aku juga seneng mas, terima kasih mau bersabar nungguin Ara." Balas Tiara yang kembali menyenderkan kepalanya.

"Yah, kesabaran selalu membawa hasil baik kan?" Ujar Adrian sambil menarik nafas lega.

Tanpa disadarinya, raut muka dan senyumnya berubah menyeringai. Sebuah pikiran terlintas dikepalanya, seperti sebuah suara yang terdengar jelas di telinganya.

"Tidak usah khawatir dengan Bu Anis dan Dini, Tiara tidak akan pernah tahu hubungan ku dengan mereka."

Adrian menggeleng-gelengkan kepalanya dan suara itupun lenyap.

"Ara, pulang yuk." Ajak Adrian.

"Nanti dulu ya mas, aku masih nyaman di sini." Jawab Tiara.

Adrian pun tidak mendesak Tiara untuk pulang karena ia pun merasakan hal yang sama. Awal pacaran adalah hal terindah yang dirasakan semua sejoli. Perasaan ingin bersama dan berharap waktu berjalan selambat mungkin agar bisa menikmati indahnya bunga-bunga di dalam hati dialami semua pasangan yang sedang dimabuk asmara. Dua hati yang memiliki perasaan cinta yang sama selalu membawa kebahagiaan di awal. Mungkin memang seperti itulah Dewi Asmara bekerja.

BERSAMBUNG ...

Read More

𝐏𝐞𝐭𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐀𝐝𝐫𝐢𝐚𝐧 𝐁𝐚𝐛 𝟑𝟔

You won't hear me,
But you'll feel me
Without warning, somethings dawning, listen.
Then within your senses,
You'll know you're defenseless
How your heart beats, when you run for cover
Your cant retreat I spy like no other.


Then we race together.
We can ride forever
Wrapped in horsepower, driving into fury
Changing gear I pull you tighter to me


I'm your turbo lover
Tell me there's no other
I'm your turbo lover
Better run for cover


We hold each other closer, as we shift to overdrive
And everything goes rushing by, with every nerve alive
We move so fast it seems as though we've taken to the sky
Love machines in harmony, we hear the engines cry.


I'm your turbo lover
Tell me there's no other
I'm your turbo lover
Better run for cover


On and on we're charging to the place so many seek
In perfect synchronicity of which so many speak
We feel so close to heaven in this roaring heavy load
And then in sheer abandonment, we shatter and explode.


I'm your turbo lover
Tell me there's no other
I'm your turbo lover
Better run for cover



Lagu Judas Priest mengiringi remaja kurus yang sedang berdandan. Mengenakan celana jeans hitam dan baju kotak-kotak biru serta sneakers hitam membuat tampilannya sangat berbeda. Hari ini Adrian akan pergi ke Toko Barokah milik Bu Lasmi untuk briefing sebelum memulai pekerjaannya sebagai marketing sembako.


"Bu, sangu." Pinta Adrian saat menjumpai ibunya di dapur.

"Mau bawa bekal makan?" Tanya sang ibu.

"Uang lah, masak pertama kerja bawa tepak?" Jawab Adrian sedikit kesal.

"Bapak aja dibawain bekal." Sang Bapak tiba-tiba ikut menyahut lalu duduk di meja makan.

"Ck, masak anak muda bawa bekal." Decak Adrian lunglai dudukbdi meja makan.

Kedua orang tuanya tersenyum melihat kejengkelan Adrian.


--------------------------

Toko itu lumayan besar. Tumpukan sak beras dan jerigen minya goreng berada tepat di depan pintu kaca di belakang folding gate. Peti-peti telor tertumpuk di samping toko yang merupakan garasi untuk beberapa mobil pick up untuk pengiriman pesanan sembako. Beberapa karyawan dan karyawati tampak sibuk mempersiapkan muatan dan melayani pembeli yang sudah berdatangan.


"Selamat pagi mbak, saya mau ketemu Bu Lasmi." Sapa Adrian pada seorang wanita yang duduk sebagai kasir.


"Mas Adrian ya?" Tanya si mbak.

"Iya mbak." Jawab Adrian.


"Langsung masuk aja mas dari samping toko. Sudah ditunggu ibu sama bapak di rumah." Kata si mbak sambil memberikan arahan.

"Terima kasih ya mbak." Ujar Adrian dengan tersenyum dan beranjak menuju ke rumah Bu Lasmi.

"Tok tok tok!!" Adrian mengetuk pintu jati yang tebal dengan semangat.


Tak lama kemudian, keluarlah seorang wanita bertubuh montok mengenakan gamis panjang. Wajahnya yang bulat semakin terlihat chubby dengan balutan hijab pasminya. Kelopak matanya bergerak liar, bibirnya yang tipis merona menyunggingkan senyum penuh gairah dengan pancaran sinar mata yang terlihat gembira.

"Adrian, ternyata kamu mau juga kerja di toko ku." Kata Bu Lasmi dengan gembira.

Adrian hanya tersenyum kikuk mendapati sambutan ceria Bu Lasmi.

"Masuk dulu nang. Bapak baru saja pergi nemuin suplier telor."

Adrian hanya tersenyum sambil melangkahkan kakinya memasuki rumah yang besar dengan lantai marmer yang mengkilap. Sofa melingkar dengan meja bulat terhampar di ruang tamu.

"Udah sarapan nang?" Tanya Bu Lasmi.

"Sudah Bu." Jawab Adrian singkat.

Matanya jelalatan melihat kulit putih jemari tangan dan kaki Bu Lasmi. Wanita yang tempo hari mampu menaikkan libidonya saat berkunjung ke rumahnya menemui ibunya dan menawarinya pekerjaan.



Adrian duduk diikuti Bu Lasmi yang juga duduk di hadapannya. Mereka hanya terhalang meja bulat yang berada di tengah-tengah sofa.

"Bapak sepertinya lama, tapi intinya gini Rian, kamu nanti bawa daftar harga barang-barang yang mau kamu jual untuk ditawarkan ke pasar atau toko-toko kecil di kampung-kampung."

Bu Lasmi kemudian menjelaskan detail pekerjaan dan apa saja batang yang harus ditawarkan hingga gaji dan komisi bila Adrian mampu menjual sesuai target atau melebihi target.


"Khusus untuk kamu, training dalam waktu yang tidak terbatas." Kata Bu Lasmi dengan tersenyum.

"Maaf, ibu pernah menjanjikan saya sesuatu kalau saya kerja di sini." Adrian berkata tiba-tiba beralih dari topik pembicaraan mereka.


"Hahaha..kamu ingat-ingat terus ya?" Jawab Bu Lasmi dengan tertawa.


"Pepaya dan semangka itu buah kesukaan saya Bu." Balas Adrian dengan berani.


"Menurutmu, melon atau semangka?" Tanya Bu Lasmi dengan tatapan menggoda dan jari tengahnya menggores belahan dada yang masih tertutup gamis.


"Dari luar terlihat seperti semangka sih, tapi mungkin saja bungkusnya semangka tapi isinya jeruk." Ujar Adrians sambil membuka lebar kedua pahanya sambil mengelus bagian tengah selangkannya.


"Ular kobra atau ular sawah?" Tanya Bu Lasmi semakin liar dengan memasukkan jari tengahnya ke dalam mulut.


"Kalau yang disajikan semangka, dia bisa menjadi kobra. Kalau yang disajikan jeruk, dia hanya akan jadi ular sawah." Jawab Adrian menantang.


"Ayo ikut aku." Ajak Bu Lasmi sambil berdiri dan melangkah masuk ke dalam rumah.


Adrian pun bangkit dan mengikuti Bu Lasmi dari belakang. Bongkahan pantat yang tercetak dadi gamis ketat Bu Lasmi membuat libido remaja itu semakin tergelak. Matamya tak bisa lepas dari goyangan bahenol kedua pantat besar itu.

"Seberapa kuat kamu kerja Rian?" Tanya Bu Lasmi setelah berhenti di depan pintu kamar.

"Tergantung berapa lama waktu yang ibu sediakan untuk saya kerja." Jawab Rian dengan senyum mesum.

"Bapak akan lama, waktu kita panjang." Ujar Bu Lasmi.

"Semangka atau melon?" Tanya Adrian.


"Bukalah dan lihatlah sendiri." Kata Bu Lasmi memasuki kamar dan berdiri membelakangi Adrian di sebuah kaca besar yang menempel di dinding bersebelahan dengan lemari besar.


Adrian pun mendekat setelah menutup pintu kamar, saat Bu Lasmi mengangkat bagian belakang hijabnya seperti sebuah kode dimana resleting gamis itu berada. Adrian kali ini sudah mempersiapkan diri untuk lebih sabar dan mengontrol libidonya.

"Sebuah tubuh yang indah saat tertutup." Bisik Adrian sambil menurunkan resleting yang panjang hingga ke pinggang.

"Apanya yang indah dari tubuh renta ini Rian?" Tanya Bu Lasmi berharap pujian lebih saat gamis itu melorot sempurna dari tubuhnya.

"Ternyata beneran semangka." Puji Adrian tanpa menjawab pertanyaan Bu Lasmi.

Tubuh kuning langsat nan mulus itu terpampang indah di cermin. Wajah ayu keibuan terlihat sayu menahan gairah. Bra dan cd berarna krem cerah seolah menyatu dengan tubuh yang bersih. Walaupun perut sedikit berlemak tapi lekukan pinggang itu masih terlihat menggairahkan dengan pantat yang besar dan payudara yang juga besar.


"40 D." Bisik Bu Lasmi saat ujung jari kanan Adrian menelusuri belahan payudaranya.

Bu Lasmi menggerakkan tangannya ke atas saat dan tersenyum binal saat melepas hijabnya. Adrian melihat wajah mesum Bu Lasmi yang terpantul dari cermin saat ia menciumi tengkuk dan leher wanita empat puluh tahunan itu.

"Eeemmmmhhhhh.."

"Kamu sering ngentot ya nang?" Tanya Bu Lasmi di tengah lenguhan gairahnya.


Adrian tidak menjawab, ia dorong sedikit tubuh Bu Lasmi hingga kedua tangan Bu Lasmi menopang ke cermin agar tubuhnya tidak terjatuh. Bibir Adrian bergerak lembut menggesek setiap centi meter kulit bersih nan mulus punggung Bu Lasmi.


"Sssshhhh..eeeemmmhhhh.." lenguh Bu Lasmi sambil mendongakkan kepala.

Adrian melepas kaitan bra krem itu lalu melepaskannya dari tubuh Bu Lasmi.

"Besar, mulus, bersih, dan kuning langsat." Bisik Adrian sambil menjilat telinga Bu Lasmi dan tangannya meremas kuat payudara yang tergantung indah membulat.


"Eeeegghhh..Riaaannn.." Desis Bu Lasmi mendengar pujian yang diiringi dengan rangsangan dari Adrian.


Adrian melepaskan pakaiannya dengan pelan. Kedua pasang mata itu saling menatap melalui cermin dengan pandangan penuh gairah. Keduanya pun akhirnya telanjang bulat seperti adam dan hawa saat pertama kali berada di bumi.


"Kobra." Desis Bu Lasmi saat tangan kirinya bergerak ke belakang memegang penis Adrian.


"Bisa menjadi piton saat ia diberi makanan yang nikmat dan lezat." Bisik Adrian sambil menolehkan kepala Bu Lasmi ke belakang dan mencium bibir tipis merona itu dengan lembut.


Keduanya memejamkan mata saat bibir mereka menyatu, lidah mereka saling menjilat dan membelit disertai saling sedot. Tangan kanan Bu Lasmi menopang kaca, tangan kirinya membelai penis Adrian yang mulai menegang. Sedangkan tangan kanan Adrian memegang kepala dan tangan kirinya meremas bergantian kedua payudara sekal Bu Lasmi.


"Awal kerja yang bagus Rian." Bisik Bu Lasmi dengan mata sayu.


Adrian membalikkan tubuh Bu Lasmi dan memepetkannya di sisi lemari. Mereka kembali berciuman dengan liar.


"Mmmppphhh..mmmpphhh..mmmpppphhhh.."


"Semangak yang sangat ranum." Puji Adrian setelah melepaskan ciuman dan mengalihkan bibirnya ke kedua payudara Bu Lasmi.


"Ssssshhhhh...eeeeggghhh..ooouuhhh.."


Bu Lasmi mendongakkan kepala dan mendesis, mendesah saat lidah Adrian menari di kedua puting coklat yang tegak menantang. Kuluman dan sedotan bibir Adrian membuat wanita paruh baya itu belingsatan.


"Aaahhhh..sedot yang kuat nang.." Desah Bu Lasmi.


Adrian meremas dengan kuat dan kasar kedua payudara yang tidak mampu tertampung di telapak tangannya itu. Mulutnya mengenyot kedua puting itu bergantian dengan kuat. Rangsangan Adrian tidak berhenti sampai di situ, lidahnya kembali menelusuri setiap centi meter dada, perut hingga ia harus berjongkok untuk mengakses kedua paha mulus yang telah terbuka lebar.


Tubuh Bu Lasmi menggigil, ia tidak pernah merasakan kegiatan sex seperti yang dilakukan Adrian. Ia bukan istri baik-baik, tapi ia tidak pernah mengetahui ada hubungan seksual yang model seperti ini. Baru kali ini ada lelaki yang bisa membuat tubuhnya menggigil hanya dengan gesekan bibir pada seluruh bagian tubuhnya.


Adrian mengangkat paha kiri Bu Lasmi, melebarkannya, dan menahan paha itu dengan tangan kananya yang beropang pada sisi lemari. Vagina yang ditumbuhi rambut hanya pada bagian atas itu terlihat sembab.


"Gua yang akan menjadi sarang baru si kobra."


Goda Adrian sambil menjilat dan matanya menatap wajah sayu penuh tanya Bu Lasmi.


"Aaaaahhhh..apa ini nang?" Tanya Bu Lasmi sambil mendesah.


"Ini adalah cara agar si kobra mudah memasuki sarang barunya Bu." Goda Adrian lagi.


Kali ini jari tengah Adrian membelah vagina Bu Lasmi diikuti lidahnya yang terjulur menjilat klitoris mungil yang menampakkan dirinya. Jilatan lidah dan colokan jari di vagian Bu Lasmi dilakukan Adrian selama hampir lima menit itu menghasilkan,


"Ya Allah Gustiiiii....Riaaaaannn...aaaaahhhhhh.."


Tubuh Bu Lasmi menggerinjal seakan terkena sengatan belut listrik. Matanya tidak sanggup membuka dan kepalanya mendongak kuat saat kenikmatan yang baru pertama kali dialami menyerbunya.


Hanya dengan lidah ia seperti orang kencing???
Dengan seorang remaja kencur ia bisa mengalami kenikmatan yang luar biasa??
Bagaimana nanti jika penis Adrian yang besar panjang itu memasuki vaginanya??
Kenikmatan seperti apalagi yang akan dialaminya??


Itulah berbagai pertanyaan atau rasa penasaran yang saat ini bergejolak di pikirannya saat vaginanya mengeluarkan cairan kenikmatan.


"Sebuah pekerjaan awal yang menjanjikan ya Bu?" Tanya Adrian berbisik saat ia bangkit dan memeluk tubuh lunglai Bu Lasmi.


"Heeehhh..sepertinya begitu, tapi aku tetap butuh seberapa kuat kamu bekerja nang." Jawab Bu Lasmi masih penasaran.


"Baru pertama kali di jilatin memek dan dicolokin memek pakai jari ya Bu?" Tanya Adrian lagi.


"Memek?" Tanya Bu Lasmi bingung menatap Adrian yang tersenyum mesum.


"Ini namanya memek Bu." Jawab Adrian sambil jari tengahnya kembali mengusap dan mencolok vagina Bu Lasmi.


"Haruskah kamu berkata seporno itu dengan orang tua seperti ku nang?" Tanya Bu Lasmi agak jengkel.


"Ngentot tidak memandang usia Bu, kata-kata porno akan membuat Ibu lebih bergairah, buktikan saja omongan ku Bu." Jawab Adrian santai.


Adrian kembali melumat bibir Bu Lasmi dan keduanya kembali berciuman dengan mesra bagaikan sepasang sejoli yang sedang memadu kasih.


"Ibu pernah menyepong kontol?" Tanya Adrian setelah melepaskan ciumannya.


"Nyepong?" Bu Lasmi gantian bertanya bingung.


"Mengemut kontol, mengulum kontol, mengoral kontol." Jawab Adrian sabar.


"Pernah lah, suami ku selalu meminta itu dibanding bercinta." Jawab Bu Lasmi.


"Ngentot Bu." Adrian memprovokasi.


"Iya..ngen...ngentot.." Balas Bu Lasmi ragu.


"Ini besar, panjang." Timpalnya saat memegang dan memperhatikan penis Adrian yang menegang sempurna.


"Ini apa Bu?" Tanya Adrian menggoda.


"Kon..kontol mu nang." Jawab Bu Lasmi tanpa memandang Adrian.


Adrian menekan pelan kedua pundak Bu Lasmi agar turun dan berjongkok di depannya. Ia pun sedikit memundurkan kaki agar Bu Lasmi bisa berjongkok diantara selangkangannya dan lemari. Bu Lasmi berlutut dengan kedua tangan memegang paha Adrian. Di depannya terpampang penis berurat yang membuatnya terbayang dengan kenikmatan. Ia pun menjilati penis itu dengan telaten mulai dari ujung penis, batang penis hingga ke testis.


"Ssssshhhh..aaaahhhh.." Adrian mendesah.


"Lihat ke cermin Bu, Ibu terlihat sangat cantik dan binal saat menikmatin kontol ku." Adrian kembali memprovokasi Bu Lasmi.


Bu Lasmi menolehkan kepalanya ke cermin saat mulutnya dipenuhi oleh penis Adrian. Ya, ia merasa seksi dan cantik saat melihat dirinya sendiri sedang mempermainkan penis Adrian. Hal yang tidak pernah ia lakukan selama ia menikah dengan suaminya. Ia seperti melihat sisi lain dirinya yang butuh pelampiasan seksual. Dan gairahnya semakin meledak saat ia membuktikan sendiri ptovokasi Adrian.


"Aaaahhhh..mulut ibu enak..ooouuuhhh.." Adrian kembali mendesah keenakan.


"Sudah Bu, saatnya si kobra memasuki sarang dan mengklaim kepemilikan gua ini sebagai sarangnya."


Adrian menyudahi keasyikan Bu Lasmi yang sedang mengoral penisnya. Bu Lasmi tampak sedikit kecewa karena penis Adrian disarakannya lebih enak untuk dioral dibanding beberpa penis yang telah dicobanya. Tapi ia hanya bisa menuruti perkataan remaja yang menurutnya lebih lihai bermain sex. Ia pun menurut saat Adrian menempelkan tubunya di sisi lemari. Ia seolah yakin bahwa Adrian akan memberinya sesuatu yang tidak pernah tidak dapatkan, dan ia merasa suka didominasi.


"Mmmppphhh..mmpphhh.."


Mereka kembali berciuman dengan ganas, Adrian mengangkat kedua kaki Bu Lasmi dan menggendongnya. Bu Lasmi pun refleks melingkarkan kedua kakinya di pinggang Adrian dengan tubuhnya tertopang di sisi lemari. Diarahkan penisnya di belahan vagina Bu Lasmi.


"Riaaaaaaannnn..giiii..laaaa...aaaahhhhhh.."


Bu Lasmi benar-benar tidak menduga Adrian bisa selihai ini dalam bercinta, ia tdiak menduga Adrian juga sanggup menggedongnya sambil memasukkan penis panjang itu ke dalam vaginya. Ini adalah sesuatu yang baru dan luar biasa baginya.


"Ssssshhhh..jangan gerak dulu nang, rasanya penuh banget memek ku." Desis Bu Lasmi tanpa sadar berkata vulgar.


"Penuh dengan apa Bu?" Tanya Adrian menggoda tanpa menggerakkan pinggulnya.


"Penuh dengan kontol mu, gua ini sah menjadi sarang kobra." Jawab Bu Lasmi penuh nafsu.


"Pernah disengat kobra Bu?" Tanya Adrian semakin menggoda.


"Eeeggghhh..eeegghhh..iii..nnniiii..seee...daaangggg...diiii..seee..nggaaaattt..koooo..braaaaa....aaaaahhh...aaaahhhh.."


Tubuh Bu Laila melonjak-lonjak saat pinggul Adrian mulai bergerak memompa.


"Eeegghhh..eeeggghhh..eeegghh.." lenguh Adrian di tengan pompaannya.


Gua baru ini terasa sangat nikmat bagi si kobra. Kehangatan dan kesempitannya membuat si kobra bersemangat keluar masuk gua.


"Memek yang sangat nikmat..eeehhh..eehhh.." Puji Adrian.


"Kontol mu lebih nikmat..ooouuuhhh...ooouuuhhh.." Bu Lasmi gantian memuji.


Kedua tangan Adrian menahan pantat lebar Bu Lasmi sambil pinggulnya bergerak stabil. Keras dan dalam selama beberapa menit. Vagina itu bukan lagi sembab, sudah becek dan banjir. Bu Lasmi pun hanya bisa merem melek menikmati pengalaman gaya bercinta yang baru.


"Riaaaaaaaa...aaaaa...kuuuuu..aaaaahhhh...aaaahhhhh.."


Tubuh Bu Lasmi bergerinjal saat puncak kegelian pada vaginanya tercapai. Ia memeluk erat Adrian agar tubuhnya tidak terjatuh saat ia mengalami orgasme keduanya. Sex yang luar biasa baginya.


Mereka berdiam sejenak setelah Adrian menurunkan kedua kaki Bu Lasmi yang gemetaran.


"Sengatan yang nikmat sayang." Bu Lasmi memuji dan melumat bibir Adrian dengan lembut. Panggilan mesra pun mengiringi kisah sejoli usianya terpaut jauh.


Bu Lasmi mendorong tubuh Adrian jatuh ke atas kasur dengan kaki masih terjuntau di lantai. Ia lebarkan kedua kaki Adrian dan membelakanginya. Dengan tenang, dipeganginya penis Adrian ke vaginanya.


"Eeeeggghhhh..kontol yang kuat..aaaahhhh.."


Bu Lasmi mendesah dan mulai menggerakkan pinggul dan pantatnya. Ia menatap dirinya yang sedang menggagahi Adrian di cermin besar. Adrian pun mengintip di balik punggung mulus Bu Lasmi.


"Sssshhhh..Ibu terlihat seksi dan binal kalau begini..oouuuhhh.." ujar Adrian sambil merem melek dengan goyangan pinggul Bu Lasmi.


"Eeeggghhh..kontol remaja yang nikmat..aaaahhh..aaahhh.."


Bu Lasmi lupa dengan usianya, lupa dengan ketahanan tubuhnya. Dengan kedua tangan menopang di kedua paha Adrian, pinggulnya bergerak naik turun sehingga membuat payudaranya pun ikut bergoyang serampangan. Mulutnya tak berhenti mendesah dan kepalanya ikut melenting ke kanan dan ke kiri tak beraturan. Setelah 10 menit,


"Yaaa...aaalllllaaahhhh...aaaaaaahhhhhh.."


Gerakan pinggul yang semakin cepat menghantar Bu Lasmi ke puncak kenikmatan yang ketiga kalinya. Kali ini tubuhnya terhentak dan bergetar hebat. Sebuah kenikmatan sex yang dahsyat kembali menerpanya. Adrian yang masih kuat bertahan, menancapkan penisnya semakin dalam,


"Riaaaaannnn...uuuuu..daaaaahhh...oooooohhhh.." Jerit pelan Bu Lasmi karena penis Adrian yang menyentuh rahimnya membuat klimaksnya semakin menjadi-jadi.


Dengan perlahan, Adrian mengajak Bu Lasmi untuk berdiri tanpa melepaskan ikatan kelamin mereka.


"Plak!!"
"Plak!!"
"Plak!!"


"Aduuuuhhh..apa-apaan kamu??!!" Jerit Bu Lasmi marah.


"Aaaaahhhh...aaahhh..kontol..kontol..Riaaaannn..oooohhh...ooohhh.."


Tanpa mempedulikan kemarahan Bu Lasmi, Adrian menyodokkan penisnya dengan kasar dan cepat.


"Eeegghhh..eeeggghhh..eegghh.."


Bu Lasmi menopangkan kedua tangannya di cermin agar tubuhnya tidak ambruk akibat serangan brutal penis Adrian pada vaginanya. Tangan Adrian mencengkeram kedua pundak mulus Bu Lasmi untuk memaksimalkan sodokan penisnya.


"Gilaaaa...riaaaannn..enaaakkk..kontol mu enaaakkk..aaaahhhh.."Bu Lasmi tak sanggup mengontrol mulutnya untuk tidak mendesah dan berkata vulgar.


"Memek ibu untuk kontol ku..eegghhh..eeggghhh.." Adrian kembali memprovokasi.


"Iyaaahhh..aaaahhh..gua ku rumah baru kobra mu...aaahhh..aaahhh.." Balas Bu Lasmi terprovokasi.


Mendengar provokasinya berhasil, syahwat Adrian semakin melonjak. Entotannya semakin keras dan dalam. Hingga 10 menit kemudian,


"Aaaaahhhh...aaaahhh..piiiiii...piiiissss..aaaahhhh.." Bu Lasmi menjerit lemah.


"Aaaaarrrggghhh...aaaahhhh.."


Adrian mengeram saat ia mengeluarkan penisnya dari dalam vagina Bu Lasmi dan memuntahkan sperma di bokong putih mulus wanita yang termasuk golongan kaya di kampungnya.


Bu Lasmi kembali menggigil dan gemetaran seluruh tubuhnya, cairan kenikmatannya keluar seperti saat ia sedang kencing. Seluruh sendi-sendinya terasa lepas hingga ia pun jatuh bersimpuh. Adrian mengarahkan penisnya ke depan mulut Bu Lasmi.


"Sedot pejuh ku sebagai tanda memek Ibu adalah milik ku." Perintahnya.


Bu Lasmi menatap Adrian dengan sayu lalu membuka mulutnya dan melahap penis Adrian yang masih belepotan dengan sperma dan cairan kenikmatannya sendiri. Ada sensasi kenikmatan yang berbeda saat ia diperintah oleh seorang remaja, karena selama ini ia merasa sebagai wanita kaya yabg berkuasa dan berpengaruh. Ia kembali melihat ke cermin saat menyedot isi penis Adrian yang masih tersisa hingga habis dan bersih. Bu Lasmi resmi menjadi bos dalam hal pekerjaan, sekaligus budak dalam hal sex bagi Adrian.

BERSAMBUNG ...


 


Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com