Guyuran jutaan tetes air menimpa jalanan beraspal yang penuh lubang. Sebuah mobil mini jeep berwarna hijau itu melaju perlahan menghindari lubang jalanan yang acak. Jalanan itu sepi, hanya beberapa mobil dan truk berukuran besar yang melintas.
Seorang wanita setengah baya terlihat gesit mengendalikan kemudinya. Di sebelahnya seorang lelaki remaja diam menatap wiper yang bergerak menyapu tetesan hujan di kaca depan.
Udara di dalam mobil itu begitu dingin. Sebelum melewati gerbang "Selamat Jalan Kendal" mobil itu tiba-tiba menepi.
Pandangan mata genit dan binal si pengemudi yang perlahan menurunkan celana jeans dan cawatnya seakan menjadi sebuah ajakan yang tidak boleh ditolak oleh lelaki remaja di sebelahnya.
Si lelaki remaja seakan paham dan tanpa basa-basi melepaskan pakaian bagian bawahnya.
Sedikit kocokan tangan lembut si pengemudi disertai kuluman bibir yang ganas keduanya membuat penis remaja itu berdiri tegak siap untuk memberikan kehangatan.
Kedua kaki pengemudi itu melewati handle perseneling untuk berpindah ke kiri setelah melepaskan kocokan dan kuluman bibrinya. Remaja itu menarik tuas dibawah jok itu dan menodorongnya mundur hingga maksimal untuk memberi akses dan ruang lebih kepada si pengemudi untuk berpindah.
Tanpa melepas bagian atasnya mereka kembali bergumul memadu syahwat. Rupanya mereka masih kurang dengan pergumulan siang hingga sore tadi di kamar hotel.
Cuaca saat itu sangat mendukung untuk mereka merealisasikan gelora birahi mereka.
Ya, Bu Triyana tidak mampu meredam gairahnya setelah mendapat berkali-kali kenikmatan sejak siang. Ia tidak yakin akan berani melakukan aktivitas seksual dengan Adrian, remaja yang membuatnya tidak berdaya berulang kali.
Bu Triyana menunggangi Adrian dengan binal. Goyangan pantatnya selau diiringi rintihan dan desahannya. Ia tidak malu berteriak lebih kencang karena hujan deras di luar mampu membisukannya. Kaosnya di angkat hingga ke leher,kedua payudaranya telah keluar dari bra.
Jilatan dan sedotan mulut Adrian pada putingnya semakin membuatnya menggeliat bak ular yang bergoyang akibat tiupan suling. Racauan seronok keluar bebas dari mulutnya karena kegelian pada vaginanya yang terus berkedut karena bergesekan deng penis keras, kenyal dan lentur milik Adrian.
"Aaaaahhhh..kontol mu selalu bisa membuat memek ku nikmat..ooouuucchhh..aaaacchhh..!!"
Ekspresi kenikmatannya berpadu dengan rasa sakit akibat tamparan keras Adrian di bokong besarnya. Rasa sakit yang berefek sangat besar bagi vaginanya. Lelehan cairan cintanya seperti ingin menyaingi hujan lebat di luar mobil.
Mata terpejam, badan gemeteran, desisan dan desahan dari mulutnya, membawanya terbang ke langit ke tujuh. Lalu ambruk dipelukan remaja yang juga lemas karena terkuras isi penisnya.
"Apakah kamu bisa ngentot dengan semua wanita Adrian?" Tanya Bu Triyana yang masih berada di atas Adrian.
"Entahlah Bu?" Jawab Adrian sambil mengelus punggung mulus Bu Triyana.
"Aku tau kalau kamu berusaha mencari sesuatu dari ku saat ngentot dengan ku, dan aku sepertinya tau apa yang kamu cari."
" Kamu mencari perasaan yang sama saat kamu ngentot dengan Kartika kan?" Tebak Bu Triyana.
Adrian membisu. Tebakan itu tepat dan akurat, tapi ia tidak ingin menguatkan tebakan itu menjadi sebuah bukti otentik.
"Biarlah itu menjadi kecurigaan" Batin Adrian.
Hujan itu mereda ketika mini jeep itu kembali melaju. Saksi bisu pertempuran birahi yang baru saja terjadi itu berjalan mengikuti kemudi Bu Triyana.
~~~~~~~~~~~~~~~~
Selalu ada akhir dari sebuah kisah. Selalu akan ada perpisahan dari sebuah pertemuan. Roda kehidupan ini berputar sangat cepat dan waktu berjalan tanpa peduli apapun.
Hiruk pikuk acara kelulusan di sebuah SMKN di Kota Semarang begitu riuh. Murid-murid bercorat coret begitu pengumuman kelulusan selesai diberitakan. Mereka berarak-arakan keliling kota bersama murid dari berbagai sekolah di Kota ATLAS.
Adrian hanyut dalam euforia itu. Baju dan celana seragam sekolahnya penuh tanda tangan dan coretan pylox berwarna-warni. Ada sebuah kejutan tidak mengenakkan saat tadi ia bertemu Bu Kartika di gerbang sekolah, tapi ia tidak menghiraukannya saat ini. Saat ini ia hanya ingin menikmati keberhasilannya menyelesaikan tiga tahun study nya di sekolah kejuruan dengan bergembira.
Nilainya biasanya saja, karena otaknya lebih banyak digunakan untuk memikirkan beberapa wanita setengah baya yang datang dalam kehidupannya sesaat sebelum ujian kelulusan itu berlangsung. Fokus pelajaran jadi tidak maksimal karena dominasi kemesuman lebih kuat di otaknya.
Kisah asmara yang salah sasaran dan kisah seksual bersama 3 wanita dewasa menyebabkan Adrian merasa nyaman di dunia itu. Terkadang dia lupa bahwa ada sebuah tanggung jawab besar yang menggelayuti bahunya yaitu menyelesaikan sekolahnya dengan hasil baik agar bisa menjadi jaminan masa depan yang diharapkan baik pula.
~~~~~~~~~~~~~~
"So far away
You've been gone all the while
I'm feeling lonely like a homeless child
This clown pretends
Everything's all right
While his heart is breakin' inside
So lonely, so lonely for you
Oh baby, Oh baby
I'm so lonely
What can I do
I'm trapped
I'm livin' without you
You're all that I have
I can't leave you behind
The touch of your love
Oh it burns me inside
I should break away
But I've nowhere to run
I'm trapped
I'm livin' without you
Love gone wrong
Love gone blind
Tears may flow
Till the end of time
Can't let go
To what I left behind
I've awaited too long
So lonely, so lonely for you
Oh baby, Oh baby
I'm so lonely
What can I do
I'm trapped
I'm livin' without you"
Euforia itu berakhir saat menjelang Maghrib. Lagu Loudness menjadi pelipur saat ia tiba-tiba teringat pertemuannya dengan Bu Kartika siang tadi.
"Adrian."
Sebuah panggilan dari suara yang ia kenal betul membuat kepalanya menoleh ke belakang.
"Bu."
Jawab Adrian yang sudah mengetahui siapa yang memanggilnya.
"Selamat ya Rian." Ujar Bu Kartika sambil tersenyum.
"Kuliah atau kerja setelah ini?" Tanya Bu Kartika.
"Terima kasih Bu, saya sih kepinginnya kerja Bu, bosen mikir, hehehe." Jawab Adrian cengengesan.
"Semoga lekas dapat kerjaan ya, biar bisa punya uang sendiri." Bu Kartika mendoakan sambil tetap tersenyum.
"Amiien..terima kasih doanya Bu" sahut Adrian,
Adrian merasakan ada sesuatu di dalam senyuman Bu Kartika. Entah apa ia tidak tahu tapi ia yakin dengan apa yang dilihatnya dibalik senyuman manis itu.
"Saya beberapa kali main ke rumah Fajar tapi tidak pernah ketemu Ibu, sekarang pulangnya malam terus ya Bu?" Tanya Adrian berusaha menyelidiki.
Ia bersama beberapa temannya memang mengadakan belajar kelompok untuk mempersiapkan diri menghadapai ujian nasional sesuai perintah wali kelas, dan kebetulan ia satu kelompok dengan Fajar dan satu kelompok sepakat mengadakan belajar kelompok seminggu dua kali di rumah Fajar.
Bu Kartika tau soal itu karena Fajar sudah mengabarinya.
"Ibu hanya mampir ke rumah neneknya Fajar karena Ibu nggak mau mengganggu belajar mu."
"Dan sebenarnya..Ibu sudah tau soal kamu dan Triyana."
Bu Kartika tersenyum, kali ini dengan getir.
Duaaaaarrrrr!!!!!!
Adrian terkaget-kaget dengan ucapan Bu Kartika. Ia tidak menyangka aktivitas seksualnya selain dengan Bu Kartika selalu ketahuan. Ia hanya berdiri diam memandang dengan muka merah menahan malu.
"Apa saya salah dengan itu Bu?"
Adrian bertanya menutupi malu dan mencoba membela diri. Ia merasa wanita dewasa ini menolak cintanya, wanita ini hanya suka berhubungan seksual dengannya, tapi kenapa marah saat ia melakukannya dengan orang lain??
"Tidak, tidak, memang tidak salah Rian.." jawab Bu Kartika.
"Tapi setidaknya dengan mengetahui ini, Ibu semakin merasa bersalah dengan menjerumuskan mu ke dalam dunia yang tidak seharusnya kamu ada di situ. Dan juga menguatkan Ibu untuk menerima tawaran pindah cabang ke luar jawa, kebetulan ayahnya Fajar juga ditugaskan di kota yang sama. Jadi, Ibu sekalian ingin berpamit dengan mu."
Penjelasan ringkas Bu Kartika seakan menikam ulu hati Adrian. Kenangan getaran perasaan yang kuat saat bercinta dengan Bu Kartika seakan enggan untuk merelakan Bu Kartika pergi menjauhinya.
Tapi, siapakah Adrian, dia merasa tidak berhak dan tidak bisa melakukan apapun untuk mencegah kepergian wanita setengah baya yang hanya menjadikan dirinya objek pemuasan birahi.
"Pindah ke mana Bu?"
Adrian bertanya dengan suara pilu. Matanya memerah entah apa emosi yang ada di hatinya saat itu.
"Makasar." Jawab Bu Kartika singkat.
"Sebenarnya Ibu tidak usah merasa bersalah atau marah dengan apa yang sudah terjadi dengan saya." Adrian berkata pelan.
"Heee.....eeeehhhh"
"Saya hanya menjalani peran seperti yang sudah Ibu prediksikan di awal kita bercinta. Tapi sejujurnya Bu, saya hanya ingin mencari sebuah "feel" yang terasa saat ngentot dengan Ibu, dan itu tidak saya temui dengan Bu Anis dan Bu Triyana."
Helaaan nafas disertai penjelasan singkat itu dilakukan Adrian sebagai upaya untuk mengurungkan niat Bu Kartika menjauhinya.
"Berapa banyak lagi wanita yang akan kamu entot demi pencarian "feel" mu itu Rian?" Sahut Bu Kartika sedikit emosi.
Adrian memandang tajam wanita setengah baya itu. Ia tidak menyangka Bu Kartika akan bertanya demikian.
Ia menundukan muka, keriuhan di sekelilingnya seakan terasa senyap.
Tidak ada teman yang memanggilnya karena sebagian dari mereka mengenali Bu Kartika dan tau kalau Adrian akrab dengan ibunya Fajar itu.
"Ibu tidak akan sanggup melihat mu berpetualang semakin jauh Rian, Ibu memilih pergi dan meminta maaf kepada mu karena Ibu telah melakukan kesalahan besar dengan membangkitkan sisi seksualmu dan sekarang sisi itu telah mencengkeram mu. Maafkan Ibu."
Bu Kartika berkata dengan muka sembab menahan tangis. Ia tidak boleh terlihat menangis karena itu akan membuat semua orang di sekolah berpikir yang tidak-tidak.
"Bu!!"
Suara panggilan dan lambaian tangan Fajar membuat mata yang berkaca-kaca kembali terang. Bu Kartika menghampiri anaknya dan meninggalkan Adrian tanpa ucapan apapun.
Adrian yang menundukkan muka pun mendongak dan melihat ke arah Fajar. Setelah kepergian Bu Kartika, ia pun menggabungkan dirinya bersama Chandra, Hermawan, Nanang dan beberapa teman yang lain di kios rokok depan sekolahan. Adrian menyulut rokok dan mencoba melupakan kejadian barusan dengan bersenda gurau merayakan kelulusannya.
"Riaaaan!!!" Seruan merdu ibunya membuyarkan lamunan Adrian.
"Yesss mom!!!" Sahut Adrian keras.
Beberapa omelan ibunya mengikis kegalauan hatinya. Pertanyaan-pertanyaan seputar masa depan dari kedua orang tuanya membuat gairahnya untuk merencanakan apa yang akan dilanjutkan setelah kelulusannya sedikit membuncah.
BERSAMBUNG ...