𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐚𝐤 𝐁𝐢𝐚𝐬𝐚 𝟎𝟐 𝐁𝐞𝐛𝐞𝐫𝐚𝐩𝐚 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐀𝐥𝐭𝐞𝐫𝐧𝐚𝐭𝐢𝐟

 


"Bundaa........"

Aku tersentak dari sujudku ketika mendengar Fadil berteriak memanggilku. Dan itu adalah panggilan pertamanya padaku. Fadil memang tidak punya kesulitan untuk berbicara, terbukti bahwa ia seringkali bernyanyi. Tetapi segala hal yang diucapkannya hanya berupa nyanyian atau kalimat-kalimat pendek yang tidak ditujukan untuk siapapun kecuali dirinya. Dan panggilan "Bunda" itu adalah bentuk komunikasi verbal pertamanya padaku. Tak terbayangkan betapa senangnya hatiku.

Komentar psikiater yang menangani Fadil hanya mengindikasikan bahwa sesuatu yang positif telah terjadi. Bisa jadi dari obat yang diminum, melihat sesuatu yang berkesan dari masa lalu, mencium aroma yang amat disukai, atau bahkan mungkin benturan kecil di kepala. Tidak bisa menyimpulkan sesuatu, yang jelas aku disarankan mencari tahu dan mengingat hal-hal yang terjadi lalu berusaha juga memperlihatkan berbagai benda yang mungkin bisa mengingatkan Fadil akan sesuatu.

Aku mencoba memperlihatkan berbagai benda, misalnya saja baju seragam sekolahnya dulu. Lalu ada lagi kuperlihatkan sepatu bola nya karena dia dulu suka sekali main futsal. Bahkan misalnya foto teman-temannya di sekolah, semua tidak berhasil membawa pulang memori Fadil. Kalau aroma ? tentu sudah dicoba dari aroma sabun, minyak rambut, makanan, minuman, bau terasi (yang dulu sangat dibencinya). Tak membuahkan apapun.

Aku mulai terfikir untuk membawa anakku ke 'orang pintar' namun karena meragukan apakah diperbolehkan oleh agamaku atau tidak, maka aku mencari pengobatan dengan hal yang lebih bisa dipertanggung jawabkan seperti ruqyah. Jadi akhirnya kusempatkan untuk pergi ke suatu kota kecil yang terkenal banyak praktek ruqyah.

Dengan sebuah bis AKAP yang berangkat dari terminal Bekasi aku menuju kota tersebut. Fadil sangat senang dengan perjalanan itu. Sepanjang perjalanan ia menggumamkan lagu anak-anak sambil memandang keluar jendela bis. Pohon pohon seperti berlarian ketika bis melaju di jalan tol, hijau gunung perlahan terlewati silih berganti dengan lembah, bis terus melaju. Sebersit rasa khawatir terlintas di fikiran. Teringat kecelakaan yang merenggut nyawa suami dan anak sulungku, serta menimbulkan amnesia pada anak bungsuku ini. Dibalik kekhawatiran itu, tentusaja aku merasa sedikit terhibur dengan perjalanan itu. Perlahan mataku terasa berat, suara dengung mesin bus AKAP yang monoton mengantarku tidur nyenyak diatas jok bus.

*****

Tidak perlu kuceritakan secara detail apa yang terjadi pada saat Fadil di-ruqyah. Entahlah mungkin aku salah memilih, tetapi cukup kuutarakan bahwa Fadil hanya berteriak-teriak kesakitan sewaktu sang Kyai melakukan sesuatu terhadap tubuhnya. Sang Kyai beralasan bahwa yang berteriak-teriak adalah jin yang harus dia usir dari tubuh anakku, tapi aku berpendapat bahwa Fadil berteriak karena kakinya sakit digencet oleh sang Kyai. Tidak ingin kuingat atau kuulangi lagi melihat anakku yang begitu kusayangi itu disakiti lagi oleh siapapun.

Kami menginap di sebuah penginapan sederhana. Uang memang ada dari hasil penjualan rumah, tapi perjalanan hidup kami masih panjang dan aku harus berhemat semampuku. Jadilah hotel melati "Layung" sebagai tempat beristirahat kami di kota kecil itu. Rencananya baru keesokan harinya kami kembali ke Bekasi.

Pilihan hotel melati ternyata bukanlah pilihan terbaik. Kamarnya tidak terlalu bersih, terutama kamar mandinya. Terlebih lagi pada saat malam rupanya hotel "Layung" adalah tempat maksiat. Pantas saja resepsionis memandangku ragu ketika aku datang. Pandangannya naik turun dari hijab yang kukenakan, dan gamis panjang yang menutupi seluruh tubuhku. Risih aku dibuatnya.

Dan tempat tidurnya tidak cukup besar untuk kami berdua. Hanya sebuah spring bed tua berukuran lebar 120cm. Terpaksalah aku tidur berhimpitan dengan anakku diatasnya. Mungkin karena lelah maka tempat yang tidak nyaman itu pada akhirnya tidak terlalu menjadi masalah. Aku langsung tidur lelap setelah menunaikan kewajiban ibadah.

Yang menjadi masalah justru pada subuh ketika aku bangun. Pantatku terasa hangat oleh sesuatu sampai membuat aku terperanjat.

ADUH !

Batinku berteriak dengan kencang.

GAWAT !

Aku terlompat berdiri di pinggir tempat tidur sambil membeberkan bagian belakang gamisku yang dipenuhi cairan putih kental membentuk pulau di kain yang menutupi pantatku.

Aduh gimana ini ?

Fadil ternyata sepanjang malam tidur sambil memelukku dari belakang. Kami tidur menyamping untuk menghemat tempat agar cukup untuk kami berdua. Kebetulan pula subuh itu Fadil mimpi basah hingga membasahi bagian belakang gamisku.

Aduh nak.... bisa-bisanya kamu mimpi basah pada saat kita jauh dari rumah.

Wajar kalau aku sedikit ngedumel di hati, bukan di mulut.

Bunda sedang capek nak.... cepat sembuhlah nak, setidaknya kamu bisa ganti celana sendiri

Perlahan kuambil tissue diatas meja nakas untuk kuusapkan di gamisku. Aroma sensual merebak ke seluruh ruangan.

Ayah... masih ingatkah ayah waktu dulu setiap pagi memberiku cairan kental seperti ini ?

Ingatanku kembali melayang ke masa lalu.

Lima gumpal tissue telah habis, tapi cairan lengket ini masih terasa.

Aku beringsut ke kamar mandi dan mencuci bagian gamisku yang lengket dengan air yang terasa dingin, sedikit sabun mandi, lalu dibilas lagi dengan air.

Sepertinya sudah bersih tapi kok masih berasa lengket ya ?

Masalahnya ternyata bukan hanya dengan gamis, karena cairan lengkeet itu sudah menembus ke pakaian dalamku.

Aduh Fadil.... cairan kamu sampai nembus ngebasahin celana dalam bunda !

Hatiku terus ngedumel tak henti-henti.

Celana dalam putih itu kuloloskan dari tubuhku. Diterangi sinar lampu temaram kamar mandi kudekatkan ke wajahku agar terlihat lebih jelas. Benar saja, pada bagian belakang celana dalamku itu terlihat basah mengkilat. Jari telunjuk dan tengahku merabanya, memang lengket terasa.

Coba cium, bau ngga ?

Suara hatiku memerintah. Aku menurut. Iya betul... bau sperma.

Terasa sepet di lidah ngga ?

Suara hati mendesakku. Mataku mengerling, Ih masa harus dijilat ?

Iyalah, siapa tau itu air kencing biasa ?

Betul juga. Jadi celana dalam yang basah itu kudekatkan ke lidahku yang menjulur dan... ih sepet.

Nah benar kan, itu beneran sperma bukan air kencing.

Aku marah pada suara hatiku sendiri. Kesal aku dibuatnya.

Segera kucuci celana dalamku sampai bersih lalau kubentangkan bersebelahan dengan gamisku di gantungan pintu kamar mandi. Tak lama kemudian aku mengambil air sembahyang dan hanya dengan mengenakan mukenah tanpa pakaian apapun lagi dibaliknya, aku menunaikan kewajiban beribadah. Lama sekali kumohonkan doa padaNya agar anakku segera sehat fisik, mental, dan ingatan.

"Bunda...... aku mau ganti celana....."

Tercenung aku mendengarnya. Benarkah itu suara anakku ?

Kepalaku berpaling ke tempat tidur yang sedang kupunggungi. Fadil duduk sambil melihat celananya yang basah. Tapi bukan itu yang membuat aku terpana, melainkan Fadil mengucapkan satu kalimat penuh untukku. Mengutarakan keinginannya, dan berkomunikasi dengan aku. Tidakkah itu menurut kalian sangat menggembirakan ? Ini suatu kemajuan yang sangat positif. Aku bukan hanya tersenyum, aku melompat kegirangan ke tempat tidur dan memeluk Fadil. Aku tidak perduli mukenah yang kukenakan menjadi basah dan lengket, aku tidak perduli apapun lagi kecuali kondisi Fadil yang semakin membaik.

Doa dan harapan kembali kupanjatkan tak henti-henti. Air mata bahagia mengalir deras di pipi. Aku memeluk Fadil dengan erat sampai bergulingan diatas tempat tidur. Cairan lengket menempel di banyak bagian mukenah, dan juga di beberapa bagian kulit tubuhku. Hahahaha..... anakku membaikkkk !!!

Sepanjang perjalanan pulang menuju Bekasi, senyumku terus tergambar di wajahku. Anakku tidur di bahuku sambil jemarinya erat memegang mobil-mobilan plastik yang tadi sempat dibeli di terminal.

Fadil.... cepatlah sembuh, temani bunda dalam hidup yang penuh cobaan ini.

Bersambung


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com